Sinopsis Tari Maraneng Songkok Recca': Estetika Budaya dan Sejarah Pembuatan Songkok To Bone
Tari Maraneng Songkok Recca' merupakan
tari daerah Bone yang menggambarkan cara menganyam Songkok To Bone.
Mulai dari pengambilan bahan (dari ure’ Ca/Serat pohon lontar) sampai menjadi bentuk songkok. Tarian ini diperagakan oleh
para anak dara dan Kallolona Tanah Bone kostum Adat Bugis Bone, dihadapan para
tamu Kehormatan Daerah. dengan Instrumen tarian ini
adalah gendang, gong, kecapi, suling, dan peralatan lainnya.
Songkok Recca’ terbuat dari serat
pelepah daun lontar dengan cara dipukul-pukul
(dalam bahasa Bugis : direcca-recca) pelepah daun lontar tersebut hingga yang tersisa hanya seratnya. Serat ini biasanya berwarna putih, akan tetapi setelah dua atau tiga jam kemudian warnanya berubah menjadi kecoklat-coklatan. Untuk mengubah menjadi hitam maka serat tersebut direndam dalam lumpur selama beberapa hari. Jadi serat yang berwarna hitam itu bukanlah karena sengaja diberi pewarna sehingga menjadi hitam. Serat tersebut ada yang halus ada yang kasar, sehingga untuk membuat songkok recca’ yang halus maka serat haluslah yang diambil dan sebaliknya serat yang kasar menghasilkan hasil yang agak kasar pula tergantung pesanan.Untuk menganyam serat menjadi songkok menggunakan acuan yang disebut Assareng yang terbuat dari kayu nangka kemudian dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai songkok. Acuan atau assareng itulah yang digunakan untuk merangkai serat hingga menjadi songkok. Ukuran Assareng tergantung dari besar kecilnya songkok yang akan dibuat.
(dalam bahasa Bugis : direcca-recca) pelepah daun lontar tersebut hingga yang tersisa hanya seratnya. Serat ini biasanya berwarna putih, akan tetapi setelah dua atau tiga jam kemudian warnanya berubah menjadi kecoklat-coklatan. Untuk mengubah menjadi hitam maka serat tersebut direndam dalam lumpur selama beberapa hari. Jadi serat yang berwarna hitam itu bukanlah karena sengaja diberi pewarna sehingga menjadi hitam. Serat tersebut ada yang halus ada yang kasar, sehingga untuk membuat songkok recca’ yang halus maka serat haluslah yang diambil dan sebaliknya serat yang kasar menghasilkan hasil yang agak kasar pula tergantung pesanan.Untuk menganyam serat menjadi songkok menggunakan acuan yang disebut Assareng yang terbuat dari kayu nangka kemudian dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai songkok. Acuan atau assareng itulah yang digunakan untuk merangkai serat hingga menjadi songkok. Ukuran Assareng tergantung dari besar kecilnya songkok yang akan dibuat.
Songkok recca’ (songkok to Bone)
menurut sejarah, muncul dimasa terjadinya perang antara Bone dengan Tator tahun
1683. Pasukan Bone pada waktu itu menggunakan songkok recca’ sebagai tanda
untuk membedakan dengan pasukan Tator.
Pada zaman pemerintahan Andi
Mappanyukki (raja Bone ke-31), songkok recca dibuat dengan pinggiran emas
(pamiring pulaweng) yang menunjukkan strata sipemakainya. Akan tetapi lambat
laun hingga sekarang ini siapapun berhak memakainya. Bahkan beberapa kabupaten
di Sulawesi memproduksinya sehingga dapat dikatakan, bahwa songkok recca yang
biasa juga disebut sebagai Songkok To Bone yang merupakan hasil cipta, rasa,
dan karsa orang Bone tersebut mendapat apresiasi baik dari masyarakat Sulawesi maupun
Indonesia pada umumnya.
Di Kabupaten Bone Songkok
Recca/Songkok To Bone diproduksi di Desa Paccing Kecamatan Awangpone. Di daerah
tersebut terdapat terdapat komunitas masyarakat secara turun temurun menafkahi
keluarganya dari hasil proses mengayam pelepah daun lontar ini yang disebut Songkok Recca atau Songkok To Bone
Nama penciptanya tabe
ReplyDelete