Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran Kesenian



Ilustrasi
Meskipun sejak tahun 2006 telah diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SD/MI, namun demikian pola pembelajaran pendidikan kesenian khususnya pembelajaran seni tidak jauh berbeda dengan masa pemberlakuan kurikulum sebelumnya. Pada umumnya para guru SD/MI mengalami kesulitan dan kendala dalam mengembangkan pelaksanaan pembelajaran seni .
Kesulitan dan kendala yang yang dialami mencakup :

1.       Kemampuan guru menterjemahkan isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran seni budaya.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan dalam mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi belajar. Oleh karena itu pemahaman guru dalam menterjemahkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diberlakukan pada saat ini menjadi sangat penting.
Berkaitan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) khususnya dalam pembelajaran seni  berdasarkan data yang diperoleh menunjukan bahwa para guru pada umumnya memiliki pemahaman yang posistif. Kurikulum tersebut sebagai pedoman pembelajaran yang memberi-kan arahan dalam proses pengembangan pembelajaran dari segi tujuan, standar kompetensinya, dan kompetensi dasar-nya dinilai sangat jelas. Bahkan karena karakteristik fleksibilitasnya mereka menganggap kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) memberi keleluasaan bagi guru dalam pengembangan pembelajarannya. Meskipun demikian, karena keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan para guru, maka pada saat menetapkan materi dan indikator keberhasilan belajarnya pada umumnya mengalami kesulitan
2.       Kemampuan guru dalam mengoptimalkan potensi seni  anak (anak menjadi kreatif dan aktif);
Kemampuan guru dalam mengoptimalkan potensi seni  siswa yang ditandai dengan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran seni  menjadi tuntutan dalam implementasi-kan kurikulum tingkat satuan pendi-dikan. Keduanya sekaligus menjadi prasarat apabila pembelajaran seni  diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan kreatifitas siswa, yang tentu saja dalam prosesnya ditandai dengan proses pembelajaran siswa aktif.
Berkaitan dengan kemampuan tersebut berdasarkan data yang diperoleh ternyata menunjukkan bahwa para guru pada umumnya masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembe-lajaran seni  yang diharapkan mampu menciptakan kondisi tersebut. Hambatan yang mendasar mencakup: (1) penguasaan materi pelajaran; (2) merancang kegiatan pembelajaran;dan (3) memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran seni .

3.       Menerapkan metode yang digunakan dalam pembelajaran seni ;
Pemilihan metode pembelajaran diperlukan oleh guru pada saat merancang proses kegiatan belajar mengajar. Karena, ketepatan pemilihan metode pembelajaran akan berdampak terhadap efektifitas pencapaian kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran seni  gabungan dari berbagai metode sangat diperlukan, apalagi kalau pembe-lajaran yang dilakukan menekankan pada pemberian pengalaman  kepada siswa.
Pemilihan metode pembelajaran yang dilakuakan oleh para guru berdasarkan hasil penelitian menunjuk-kan bahwa pada umumnya mereka menggunakan metode ceramah, de-monstrasi, dan latihan (drill). Metode ceramah digunakan oleh para guru pada saat menyampaikan berbagai informasi yang terkait dengan materi pembelajar-an. Sedangkan metode demonstrasi, dilakukan oleh para guru pada saat membelajarkan materi praktek  baik pada saat kegiatan bernyanyi maupun praktek instrumen . Karena proses pembelajaran praktek  yang berlangsung lebih menekankan pada strategi ear training, maka pada saat ada materi baru siswa sangat tergantung pada contoh guru yang dilakukan dengan metode demonstrasi

4.       Kemampuan Akademis  Anak
Kesulitan guru dalam pelaksanaan pembelajaran seni  yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan guru dalam menginterpretasi kurikulum serta kendala-kendala yang menyangkut terbatasnya sarana dan media pembelajaran  yang ada mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa. Akibatnya setiap guru dengan kemampuannya masing-masing secara berbeda menentukan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Sehingga jenis materi dan kedalaman materi yang dicapai siswa pada setiap kelas dan setiap sekolah pun berbeda.
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) pembelajaran seni  yang ditentukan oleh para guru berkisar antara 60 sampai dengan 70. Sedangkan hasil belajar yang dicapai siswa berkisar antara 60 sampai dengan 90. Dari analisis data yang ada menunjukan bahwa beberapa kelas ada yang hasil akhir pencapaian belajar siswa di bawah kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh guru. Sedangkan upaya perbaikan yang dilakukan melalui pembelajaran remidial terhadap para siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran seni  hanya dilakukan oleh beberapa orang guru saja

5.       Memanfaatkan sarana dan media pembelajaran
Ketersedian sarana pembelajaran sangat diperlukan guru dalam meran-cang dan melaksanaan pembelajaran. Apalagi dalam pembelajaran seni , yang mana berdasarkan karakteristik dan standar kompetensi menuntut kreatifitas guru dalam memanfaatkan dan mengembangkannya. Berkaitan de-ngan sarana pembelajaran seni  yang dikaji dalam dalam penelitian ini, berikut ini akan diuraikan tentang ketersediaan buku sumber dan buku ajar, alat , dan media pendukung pembelajaran seni  lainnya.
a.       Buku Sumber dan Buku Ajar
Pemberlakuan kurikulum tingkat satuan pendidikan di sekolah saat ini memberikan otoritas sekolah dan guru dalam mengembangkan kurikulum. Sehingga sebagai konsekuensinya diper-lukan adanya kemandirian sekolah dan guru dalam menentukan materi pem-belajaran yang sesuai dengan stándar kompetensi, kebutuhan siswa, dan sum-ber daya yang ada. Oleh karena itu ketersediaan buku sumber dan buku ajar sebagai salah satu kebutuhan guru harus harus menjadi prioritas pertama bagi sekolah. Beberapa buku sumber yang dimiliki sekolah pada umumnya hanya berupa buku kumpulan lagu dan buku paket pembelajaran kesenian yang diterima pada saat masa pemberlakuaan kurikulum sebelumnya. Sehingga para guru mengalami kesulitan ketika harus memanfaatkannya dalam mengembang-kan pembelajaran seni  yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
b.       Sarana Pendukung Lainnya
Ada beberapa sarana pendukung yang diperlukan guru dalam pelak-sanaan pembelajaran seni  seperti ruang praktek , perlengkapan elektronik (tape recorder , CD/VCD play-er, televisi, dan lain-lain ). Ketersedian sarana pembelajaran tersebut berdasar-kan data yang diperoleh menunjukkan bahwa semua sekolah yang dijadikan sampel dalam penelitian tidak memiliki ruang khusus pembelajaran seni . Sedangkan perlengkapan elektronik yang ada seperti tape recorder, CD/VCD player , dan televisi yang dimiliki oleh beberapa sekolah keberadaannya tidak pernah digunakan sebagai sarana apalagi media dalam pembelajaran seni . Hal ini terbukti bahwa pada umumnya sekolah-sekolah tersebut tidak memiliki kaset maupun CD/VCD yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran
c.       Memanfaatkan potensi lingkungan budaya dan alam sekitar dalam pembelajaran
Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terin-tegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya. Pemanfaatan lingkungan budaya dan alam sekitar dalam kegiatan pembelajaran seni  tentu saja diperlukan adanya kreatifitas guru. Karena betapapun besarnya potensi budaya dan alam di sekitar sekolah manakala guru tidak mampu menangkap dan mengaktualisasikannya ke dalam desain pembelajaran, maka pelaksanaan pembelajaran seni  sebagai salah satu pendidikan seni budaya menjadi kurang bermakna. Pemanfaatan lingkungan budaya dan alam sekitar dalam menunjang kegiatan pembelajaran  belum banyak dilakukan oleh para guru.
Hal ini terbukti bahwa kekayaan lagu-lagu daerah di jawa tengah, jenis-jenis instrumen  tradisional (calung, angklung, gamelan jawa dan lain-lain), serta potensi alam yang ada belum mendapatkan perhatian di kalangan para guru. Meskipun diantaranya ada yang telah memanfaatkan salah satu perangkat alat  tradisional (rebana). Sayangnya, instrumen  tersebut hanya digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang tentu saja hanya diikuti oleh beberapa orang siswa. Padahal sebagai salah satu jenis alat  ritmis, sebenarnya secara leluasa alat tersebut dapat pula digunakan sebagai media pembelajaran di dalam kelas (intrakurikuler).
d.       Mengembangkan bentuk evaluasi dalam pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupa-kan kegiatan guru yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakuakan dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Salah satu diantaranya dapat dilakukan dengan mengukur (asess) tingkat penca-paian belajar siswa yang dilakukan pada ujian tengah semester maupun pada ujian akhir semester. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran seni  di sekolah yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditentukan tentu saja bergantung pada kemampuan guru dalam menginter-pretasi kurikulum, penguasaan materi pembelajaran, pemanfaatan media pem-belajaran, dan rancangan proses kegiat-an belajar-mengajar. Oleh karena itu kesulitan dan kendala yang dialami guru dalam pelaksanaan pembelajaran seni  menyebabkan keberagaman strategi guru dalam melakukan peni-laian hasil belajar. Keragaman tersebut baik dalam hal penetapan kompetensi pembelajaran yang akan di ukur mapun jenis tes yang digunakan
1).       Kompetensi yang Diukur
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa para guru dalam menetapkan kompetensi yang akan diukur menyesuaikan dengan penge-tahuan dan ketrampilan  yang dimilikinya. Bagi guru yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembe-lajaran seni  pada umumnya hanya memfokuskan pada kompetensi bernyanyi. Namun demikian pilihan jenis lagu yang dijadikan materi pembe-lajaran tetap mengacu pada lagu-lagu yang ditetapkan oleh kurikulum. Se-dangkan bagi guru yang tidak menga-lami kesulitan dalam pembelajaran seni , kompetensi yang diukur menca-kup materi teori  dan praktek . Meskipun pengembangan penca-paian kompetensi yang ditetapkan belum memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada.
2).       Jenis Tes
Berkaitan dengan kompetensi yang akan diukur dalam pembelajaran seni  sebagaimana telah diuraikan, maka jenis tes yang dipilih oleh guru mencakup tes tertulis dan praktek. Tes tertulis dilakukan oleh para guru untuk mengukur pengetahuan seni  siswa terhadap materi pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan tes praktek dilakukan oleh guru untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa dalam penguasaan materi praktek ber-nyanyi dan praktek instrumen  yang dikembangkan oleh siswa. Tes tertulis dilakukan oleh para guru mulai dari guru kelas 1 sampai dengan kelas 6, sedangkan tes tertulis mulai dilakukan oleh para guru kelas 4 sampai dengan kelas 6. Sedangkan yang melakukan bentuk penilaian pembela-jaran dengan menggunakan kedua jenis tes tersebut hanya dilakukan oleh beberapa guru kelas 4, 5, dan kelas 6.
                Berkaitan dengan hasil penelitian tersebut maka untuk mengembangkan buku ajar seni  SD/MI berbasis seni budaya yang diharapkan dapat mendukung pengembangan creative thinking siswa, memberi bekal life skill kepada siswa, dan menciptakan suasana belajar joyful learning harus bertolak dari berbagai kesulitan dan kendala yang dialami para guru. Sedangkan dalam proses pengembangannya harus mem-pertimbangkan potensi lingkungan budaya, alam sekitar, sarana yang tersedia di sekolah, serta kondisi dan kebutuhan guru. Sehingga buku ajar yang dikembangkan akan mudah diimplementasikan oleh guru SD/MI (aplicable), dapat memberikan panduan pembelajaran yang komperhensif, serta berguna sebagai media dan sumber belajar bagi guru.

0 Response to "Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran Kesenian"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel