Upaya dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis
Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dalam tujuan, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah karangan atau tulisan. Menulis juga dapat dikatakan sebagai kegiatan merangkai huruf menjadi kata atau kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat memahaminya.
Menurut Suparno dan Yunus (2008:1.3) menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zukarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan.
Lado dalam Elina Syarif, Zukarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
Tarigan (2005:21) mengemukakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menghasilkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut dan dapat memahami bahasa dan grafis itu.
Menulis adalah proses penyampaian pikiran, angan-angan, perasaan dalam bentuk lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna. Dalam kegiatan menulis terdapat suatu kegiatan merangkai, menyusun, melukiskan suatu lambang/ tanda/ tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata, kumpulan kata membentuk kelompok kata atau kalimat, kumpulan kalimat membentuk paragraf, dan kumpulan paragraf membentuk wacana/ karangan yang utuh dan bermakna.
Hakikat Keterampilan Menulis
Kegiatan menulis merupakan hasil kemampuan berbahasa yang dimiliki seseorang yang paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara dan menulis (Iskandarwasid, 2011, 248). Berdasarkan pendapat tersebut keterampilan menulis dapat dikatakan sebagai keterampilan yang paling sulit dibandingkan tiga keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan keterampilan bahasa lainnya di luar keterampilan menulis.
Menulis dan membaca adalah dua keterampilan yang saling melengkapi. Kebiasaan menulis tidak mungkin ada jika tidak terbiasa membaca. Meskipun kebiasaan membaca belum tentu membawa kebisaan menulis. Akan tetapi, membaca tetap akan memberi manfaat menambah cakrawala pengetahuan. Pengatahuan dan wawasan yang didapat dari kegiatan membaca akan menjadi dasar dari kegiatan menulis.
Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Gagasan-gagasaan dalam menulis tersusun secara logis, diekspresikan dengan jelas dan ditata secara menarik. Selanjutnya menuntut penelitian yang terperinci, observasi yang seksama, pembedaan yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk, dan gaya.
Kegiatan menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang penulis yaang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali dua kali. Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis.
Menulis pada dasarnya bukan saja berupa mengungkapkan pikiran atau perasaan saja, tetapi pengungkapan ide, ilmu pengetahuan, dan pengalaman hidup seseorang daam bahasa tulis (Khundaru, 2014: 150). Oleh karena itu menulis perlu dipelajari. Tulisan yang dibuat, memuat pesan yang hendak disampaikan. Pesan tesebut mempertimbangkan sususan kata demi kata, tanda baca yang dipakai, diksi yang dipilih akan menentukan makna yang akan disampaikan.
Kesimpulannya menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dan kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan menulis.
Melukis gambar bukanlah menulis. Dengan perkataan lain menggambar huruf-huruf bukanlah menulis. Seorang pelukis dapat saja melukis huruf-huruf Cina, tetapi dia dia tidak dapat dikatakan menulis, kalau dia tidak memahami bahasa cina beserta huruf-hurufnya. Dengan kriteria yang seperti itu, dapatlah dikatakan bahwa menyalin atau mengkopi huruf-huruf ataupun menyusun suatu naskah dalam huruf-huruf naskah tertentu untuk dicetak bukanlah menulis kalau orang-orang tersebut tidak memahami bahasa tersebut beserta representasinya (Lado,1979:143).
Setiap penulis atau pengarang mempunyai pikiran atau gagasan yang ingin disampaikan atau dituturkan kepada orang lain. Dalam hal ini dia harus menerjemahkan ide-idenya itu ke dalam sandi-sandi lisan yang selanjutnya diubah menjadi sandi-sandi tulis. Sang pengarang memanfaatkan sejumlah sarana mekanis untuk merekam sandi tulis tersebut. Setelah selesai perekaman itu maka dapatlah diteruskan atau disebarkan kepada orang lain (dalam hal ini para pembaca) melintasi waktu dan ruang.
Pikiran atau gagasan sang penulispun sampailah ke pihak pembaca. Pembaca melihat tulisan tersebut. Dia menerjemahkan sandi tulis itu ke dalam sandi lisan kembali dan mendapatkan serta menemui kembali pikiran atau gagasan sang penulis. Akhirnya sang pembaca memahami pikiran atau gagasan tersebut.
Komponen Menulis dan Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Menulis
Untuk itu, perlu diperhatikan bahwa sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam perbuatan menulis, yaitu:
- Penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai media tulisan. Meliputi: kosakata, struktur kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya.
- Penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis.
- Penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan. Seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.
Faktor penyebab menurunnya kemampuan menulis, di antaranya:
1. Faktor Internal yaitu faktor yang berasal dari diri kita sendiri atau timbul secara spontan dari hati nurani kita. Macam-macam faktor internal yang mempengaruhi keterampilan menulis yaitu:
1. Faktor Internal yaitu faktor yang berasal dari diri kita sendiri atau timbul secara spontan dari hati nurani kita. Macam-macam faktor internal yang mempengaruhi keterampilan menulis yaitu:
- kurangnya minat menulis para pelajar;
- kesulitan menuangkan ide;
- malas membaca.
Tujuan dan Fungsi Menulis
Pada prinsipnya fungsi dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir, dapat menolong kita berpikir secara kritis, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman.
Seseorang termotivasi menulis salah satunya karena memiliki tujuan objektif yang harus dipertanggungjawabkan kepada publik atau pembacanya. Karena tulisan adalah sarana komunikasi yang efektif dapat menjangkau masa yang lebih luas.
Ditinjau dari sudut kepentingan pengarang, menulis memiliki beberapa tujuan, yaitu:
a. Tujuan Penugasan
Pada umumnya para pelajar, menulis sebuah karangan dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru atau sebuah lembaga. Bentuk tulisan ini biasanya berupa makalah, laporan, ataupun karangan bebas.
b. Tujuan Estetis
Para sastrawan pada umumnya menulis dengan tujuan untuk menciptakan sebuah keindahan (estetis) dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel. Penulis pada umumnya memperhatikan benar pilihan kata atau diksi serta penggunaan gaya bahasa. Kemampuan penulis dalam mempermainkan kata sangat dibutuhkan dalam tulisan yang memiliki tujuan estetis.
Para sastrawan pada umumnya menulis dengan tujuan untuk menciptakan sebuah keindahan (estetis) dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel. Penulis pada umumnya memperhatikan benar pilihan kata atau diksi serta penggunaan gaya bahasa. Kemampuan penulis dalam mempermainkan kata sangat dibutuhkan dalam tulisan yang memiliki tujuan estetis.
c. Tujuan Penerangan
Tujuan utama penulis membuat tulisan adalah untuk memberi informasi kepada pembaca. Dalam hal ini, penulis harus mampu memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan pembaca berupa politik, ekonomi, pendidikan, agama, sosial, maupun budaya. Contoh surat kabar atau majalah merupakan salah satu media yang berisi tulisan dengan tujuan penerangan.
Tujuan utama penulis membuat tulisan adalah untuk memberi informasi kepada pembaca. Dalam hal ini, penulis harus mampu memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan pembaca berupa politik, ekonomi, pendidikan, agama, sosial, maupun budaya. Contoh surat kabar atau majalah merupakan salah satu media yang berisi tulisan dengan tujuan penerangan.
d. Tujuan Pernyataan Diri
Menulis dengan tujuan untuk menegaskan tentang apa yang telah diperbuat. Bentuk tulisan ini misalnya surat perjanjian maupun surat pernyataan.
Menulis dengan tujuan untuk menegaskan tentang apa yang telah diperbuat. Bentuk tulisan ini misalnya surat perjanjian maupun surat pernyataan.
e. Tujuan Kreatif
Menulis selalu berhubungan dengan proses kreatif terutama dalam menulis karya sastra, baik itu berbentuk puisi maupun prosa. Menulis harus menggunakan daya imajinasi secara maksimal ketika mengembangkan tulisan, mulai dalam mengembangkan penokohan, melukiskan setting, maupun yang lain.
Menulis selalu berhubungan dengan proses kreatif terutama dalam menulis karya sastra, baik itu berbentuk puisi maupun prosa. Menulis harus menggunakan daya imajinasi secara maksimal ketika mengembangkan tulisan, mulai dalam mengembangkan penokohan, melukiskan setting, maupun yang lain.
f. Tujuan Konsumtif
Dalam hal ini, penulis lebih mementingkan kepuasan pada diri pembaca. Penulis lebih berorientasi pada bisnis. Salah satu bentuk tulisan ini adalah novel-novel populer karya Fredy atau Mira W., atau yang lain.
Dalam hal ini, penulis lebih mementingkan kepuasan pada diri pembaca. Penulis lebih berorientasi pada bisnis. Salah satu bentuk tulisan ini adalah novel-novel populer karya Fredy atau Mira W., atau yang lain.
Manfaat Menulis
Menulis memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah:
- peningkatan kecerdasan;
- pengembangan daya inisiatif dan kreativitas;
- penumbuhan keberanian;
- pendorongan kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi;
- secara psikologis menulis sangat bermanfaat dan bisa membuat kita sehat bahkan mampu membuat kita untuk mampu mengontrol diri;
- secara metodologis menulis bermanfaat untuk melatih kita berpikir secara teratur untuk melakukan suatu tindakan yang sesuai yang dikehendaki, bahkan untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan;
- secara filosofis bermanfaat untuk melatih kita berpikir secara radikal atau berpikir secara mendalam;
- secara pendidikan mampu mempengaruhi kita untuk melakukan proses belajar. Maka sesering kali kita menulis atau seberapa banyak kita menulis, maka sesering itu pula kita telah melakukan proses pendidikan atau proses belajar.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa manfaat keterampilan menulis dari berbagai segi dan bidang pekerjaan sangat dibutuhkan oleh seseorang, apalagi bagi seorang guru.
Hambatan dalam Pembelajaran Menulis
Pembelajaran menulis cenderung dianggap keterampilan bahasa yang membosankan karena metode dan teknik yang dipakai tidak sesuai dengan pembelajaran menulis yang diajarkan. Hal tersebut merupakan hambatan yang dihadapi oleh guru ketika mengajarkan materi pembelajaran menulis di kelas. Hambatan pembelajaran menulis dapat bersumber dari guru, siswa, bahan/isi, metode, dan media.
Hambatan yang bersumber dari guru apabila guru tersebut belum mempergunakan teknik pembelajaran menulis secara maksimal sehingga pembelajaran berjalan kurang lancar. Hambatan dapat bersumber dari siswa karena pada umumnya mereka memiliki gaya belajar yang bermacam-macam, dan apabila gaya belajar itu tidak sesuai dengan teknik yang dipakai oleh guru maka tidak heran apabila hambatan-hambatan itu muncul. Hambatan yang bersumber dari bahan, metode, dan media yang dipakai dalam pembelajaran menulis dapat muncul karena pada umumnya bisa saja suatu sekolah memakai buku-buku paket, metode, dan juga media yang tidak sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan.
Upaya-Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis
Untuk meningkatkan keterampilan menulis sebenarnya tidak sulit, tetapi hanya membutuhkan ketelatenan dan kiat-kiat, diantaranya :
- Harus banyak membaca, karena dengan membaca kita dapat menuangkan ide-ide yang kita miliki ke dalam sebuah karya;
- Melatih kemampuan menulis agar dapat menghasilkan karya yang baik dan benar;
- Mempelajari kaidah-kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan mempelajari kaidah-kaidah penulisan tersebut kita dapat memahaminya dan bisa langsung mempraktekannya ke dalam tulisan yang kita buat;
- Mempublikasikan hasil tulisan yang kita buat, seperti media elektronik dan cetak. Agar kita dapat mengetahui seberapa besar kemampuan kita;
- Selalu percaya diri dengan apa yang kita tulis. Jika kita tidak percaya dengan apa yang kita tulis maka kita tidak akan puas dengan hasilnya.
Selain itu, ada enam jurus yang bisa dilakukan agar seseorang semakin terampil menulis dan piawai merangkai kata. Berikut ini enam jurus yang bisa dipraktekkan:
a. Punya Tradisi Membaca Buku
Jose Daniel Parera dalam Kongres Bahasa ke-5 di Jakarta mengatakan, banyak-banyaklah Anda membaca, biarkan ia mengendap dalam benak Anda, suatu saat pemahaman Anda semakin luas, dan akan tiba saatnya Anda harus menulis. Seseorang akan gampang mengungkapkan apa saja yang diinginkannya lewat tulisan. Jadi, membacalah sebanyak-banyaknya, suatu ketika hasrat menulis akan timbul pada diri Anda secara alami. Dan pengetahuan yang luas yang Anda dapatkan dari membaca akan memudahkan Anda untuk menuangkannya ke dalam tulisan.
b. Membaca Alam dan Peristiwa Kehidupan
Membaca tak semata-mata membaca buku, tapi juga membaca alam. Fenomena alam akan menjadi inspirasi sebagai bahan tulisan. Termasuk, membaca alam adalah membaca peristiwa kehidupan. Di panggung kehidupan ini ada banyak peristiwa yang bisa digali untuk bahan penulisan.
c. Mempunyai Blog
Penulis juga memerlukan media untuk menuliskan ide-idenya. Maka, buku harian (saat ini bisa digantikan oleh blog/website pribadi) merupakan media yang tepat untuk itu. Milikilah buku harian, atau buatlah blog di internet lalu tulislah informasi yang Anda peroleh dan ide-ide Anda setiap hari. Hal itu akan berguna untuk mengasah keterampilan menulis dan melatih kepekaan kepada kata-kata.
d. Mencintai Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi. Dari bahasa, indikasi dari tingkat intelektualitas seseorang akan tampak. Apakah dia seorang yang memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi atau tidak. Kekayaan kosakata-lah yang membedakaannya. Karenanya, cintailah bahasa. Buka-bukalah kamus Bahasa Indonesia. Ternyata ada banyak kata yang bagus yang dapat kita gunakan dalam tulisan, tapi selama ini kita belum mengetahuinya karena itu kita tidak menggunakannya.
e. Hobi Meneliti
Minat meneliti merupakan sarana yang akan semakin meningkatkan kedalaman dan luasnya jangkauan tulisan kita. Ia akan menjadi inspirasi yang hebat untuk bahan tulisan kita.
f. Suka Diskusi
Diskusi merupakan ajang tukar pendapat. Dalam diskusi akan banyak pendapat dari luar diri kita yang dapat memunculkan ide atau inspirasi untuk bahan tulisan kita.
0 Response to "Upaya dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis"
Post a Comment