Kutipan Novel Koala Kumal - Raditya Dika
“Lucu juga bagaimana nasib bisa bergulir seperti
ini. Menulis buku ini telah mengantar gue kepada pertemuan dengan dia pada saat
ini. Kami, berhadap-hadapan. Dua orang yang dulu pernah pacaran, tetapi
sekarang gue merasa justru berhadapan dengan orang asing, orang yang gue sudah
tidak kenal lagi. Obrolan kami, kok, terasa beda. Rasa yang gue dapatkan dengan
berduaan bersamanya sekarang pun terasa berbeda”
“Gue jadi teringat satu foto di situs Huffington Post. Ceritanya
begini, ada seekor koala yang tinggal di New South Wales, Austalia. Koala itu
bermigrasi dari hutan tempat tinggalnya. Beberapa bulan kemudian, ia kembali ke
hutan tempat dia tinggal. Namun, ternyata selama dia pergi, hutan yang pernah
menjadi rumahnya ditebang, diratakan dengan tanah oleh para penebang liar. Si
koala kebingungan kenapa tempat tinggalnya tidak seperti dulu. Ia hanya bisa
diam, tanpa bisa berbuat apa pun. Seorang relawan alam mengambil foto koala
itu. Jadilah foto seekor koala kumal duduk sendirian. Memandangi sesuatu yang
dulu sangat diakrabinya dan sekarang tidak lagi dikenalinya.”
Sama seperti gue
melihat dia sekarang. Patah hati yang gue alami akibat apa yang dulu dia
lakukan membuat dia berbeda di mata gue. Gue dulu jatuh cinta pada seorang
perempuan cantik, baik, dan bisa gue percaya. Namun setelah semua terjadi, dia
berubah menjadi orang lain. Gue merasa asing. ‘Kamu dengerin aku gak sih? Tanya
dia, lagi. Gue memandanginya, pikiran gue masih berjalan sendirian. Dan saat
ini gue menyadari,
"Gue tidak mau seperti seekor koala kumal
yang
pulang ke tempat yang dulu nyaman untuknya,
menyadari
bahwa tempat itu telah berubah,
tetapi
tidak bisa berbuat apa-apa."
‘Ya, kamu bilang apa tadi?’. ‘ Aku sekarang udah
beda,’kata dia. ‘Aku juga udah beda’, kata gue. Lalu gue melanjutkan, ‘Dan aku
yang sekarang, enggak mau dengan kamu yang sekarang.’ Dia hanya diam saja. Gue
juga hanya diam saja. Malam itu, menjadi malam yang terpanjang dalam hidup
kami.
Sepulangnya dari restoran, dengan muka kusut gue
membuka pintu. Nyokap masih asyik menonton sinetron favoritnya. Gue duduk di
sofa, disebelahnya. Nyokap bertanya, ‘Kamu kenapa?’. ‘Enggak, abis ketemu dia,
Ma’, kata gue, menyebutkan nama mantan gue itu.’ Oh. Apa kabar dia?. ‘Baik sih’kata
gue denga tidak acuh.
Nyokap melihat ke mata gue, naluri seorang ibu
tampaknya membuat dia tahu apa yang bikin gue bersikap beda malam itu. Nyokap
lalu bertanya,
Dik,
kamu tahu gak istilah Mama,
untuk
orang yang sudah pernah merasakan patah hati?’
‘Apa,
Ma?’
Nyokap
menatap gue, lalu bilang, ‘DEWASA’.
Nyokap
beranjak ke dalam kamar, meninggalkan gue sendirian.
Ada
detak jam yang terdengar sayup,
ada
senyum kecil yang mengembang di bibir.
Ada
sesuatu yang selesai.
0 Response to "Kutipan Novel Koala Kumal - Raditya Dika"
Post a Comment