Tantangan Cerdaskan Murid dalam Mengajar
Dalam Kehidupan Sehari hari terutama bagi kita peserta didik (siswa/ mahasiswa), sudah menjadi makanan setiap hari dan juga rutinitas yang namanya pendidikan atau didikan seorang guru. Dalam lembaga atau sekolah dimana kita berpijak , dalan kehidupan ini sering dinamakan sekolah bagi siswa dan kuliah bagi mahasiswa.
Dan sekaan akan dimana pendidikan yang sebenarnya sebagai kebutuhan bagi pelajar namun hari ini pendidikan hanya sebagai kewajiban saja atau tuntutan bukan asas dari kebutuhan mereka mencari ilmu di dalam sekolah/kuliah
Kenapa dalam tulisan yang tak bermakna ini hanya sebatas goresan tinta untuk mengisi kekosongan saja saya katakan bahwa pendidikan kewajiban
Tapi seharusnya pendidikan ini sebagai kebutuhan urgent bagi peserta didik untuk menuntut ilmu bukan hanya untuk melaksanakan dan melunturkan kewajiban belaka.
Begini singkat nya jika kita anggap pendidikan sebagai kewajiban saja. Maka sang siswa hanya merasa dituntut untuk melaksanakan kewajiban saja yakni sekolah, terus jika hegemoni ini yang di asumsikan pendidikan kepada peserta didik seakan akan yang ditanamkan dan akan berkembang dalam fikiran sang murid seakan akan pendidikan dalam sekolah ini kalau menurut saya ialah bukan lagi esensi dari belajar dan pendidikan itu sendiri. Maka siswa atau mahasiswa akan terbiasa dalam fikiran nya dan menjadi kebiasaan imbas nya nanti dalam melaksanakan pendidikan ini yakni sekolah sebatas berangkat sekolah, masuk kelas , duduk menerima ceramah guru/ dosen , mengisi absensi , pulang. Terus itu yang akan tertanam bagi seorang peserta didik tersebut.
Dan mereka akan terperangkap dalam lembah suram sepi sunyi yakni kelas yang di dalamnya berisi ceramah harus aktif masuk kelas, tidak boleh absen ( tidak masuk), yang nantinya semua itu akan berpengaruh atas nilai dan kenaikan kelas bagi siswa, bagi mahasiswa akan berpengaruh atas IPK dan kelulusan Mata kuliah nantinya. Nah dari sini yang akan mempengaruhi pemikiran rakyat kelas (siswa/mahasiswa) bahwasanya hanya nilai dan melunturkan sebuah kewajibanlah tujuan dari pendidikan tersebut . Namun apakah konsepsi ini bisa menjadikan siswa atau mahasiswa mengerti bahkan paham atas apa yang mereka geluti dalan kurang lebih 4 jam sehari dalam kelas tersebut.
Dan mereka seakan akan hanya di tuntut untuk selalu ikut saja atas apa yang di sampaikan guru di sanalah yang saya katakan PENDIDIKAN YANG MEMARJINALKAN. bukan menjadikan siswa ini untuk inovatif kreatif atas kemampuannya dan paham atas apa yang mereka terima dalam kelas tersebut dan tanpa kita sadari ini lah pemarjinalan pendidikan atas kemampuan dan nalar siswa atau mahasiswa. Mematikan kreatifitas dan inovasi (mencipta hal baru ) yang sebenarnya 2 point ini lah yng harus di kembangkan kepada peserta didik dan nanti nya apa yang mereka dapat bisa di aplikasikan dalam kehidupannya dan mandiri untuk berlangsungnya kehidupannya kelak dapat manfaat bagi dirinya dan umat umumnya dan untuk memenuhi tantangan zaman di era modern ini apa lagi hari ini sudah memasuki revolusi industri 4.0.
Selanjutnya perihal penerapan pendidikan kita tanpa kita sadari kita di iming iming dengan nilai, ijazah sebagai jaminan kemapanan hidupnya dan succesnya dia kelak ini jarang kita sadari bahwa yang seperti ini lah yang sangat memperihatinkan bagi anak bangsa indonesia ini tanpa kita sadari kita di cetak sebagai pekerja, buruh, babu. Bukan lagi pencipta suatu hal baru pencipta lapangan pekerjaan dan pemegang arah perekonomian dan arah bangsa ini untuk melawan tantangan zaman ini terkhusus mencetuskan perubahan atas ketidak sesuaian yang kita rasakan. Inilah akibat konsepsi dan tingkah kurang/ tidak sesuai lagi yang berkembang di pendidikan kita saat ini sebatas kewajiban saja yang di tanamkan bukan suatu kebutuhan urgent yang harus di pelajari untuk masa depan peserta didik .
Jika pendidikan sebagai kebutuhan dan itu yang di tanamankan maka mereka akan merasa ini memang butuh dan harus di jalani semaksimal mungkin serta memahami apa yang mereka dapat . Yakni kebutuhan dalam belajar dan belajar dengan kebutuhan untuk belajar memahami suatu hal. Dan ilmu atau pengetahuan yang mereka dapat bisa sebagai landasan atau bekal untuk mereka kelak.
Tanpa pemahaman itu kita akan terninabobokan. Bahwasanya nilai dan ijazahlah yang akan menetukan kemaslahatan kedepannya.
Namun sebenarnya nilai dan ijazah ini sebagai bonus demografi yang terpenting adalah isi/esensi dari nilai dan ijazah yang mereka dapat dalam artian ilmu dan pengetahuan yang mereka dapatkan dan nantinya mereka mempunyai kemampuan sebagai nilai jual bukan hanya sebagai nilai tukar saja .
Hanya satu sebenarnya untuk mengatasi problem di atas bagaimana sang pendidik ( guru/dosen) ini bisa mencerdaskan dalam artian memfasilitasi siswanya bukan hanya menjadikan mereka audien kelas dan mengkungkung mereka dalam belajar dan tanpa memarjinalkan pemikiran dan kreatifitas belajar mereka. Dan seharusnya seorang guru atau pendidik ini bisa lagi membedah atau menjadikan pegangan dalam mengajar yakni sistem among Ki Hadjar Dewantara , ( ing ngarso sun tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani). Dan konsep pendidikan Tan Malaka yang di terapkan pada Sekolah Rakyat yang didirikannya pada masa kolonialis pada zaman penjajahan dulu yakni
Pendidikan untuk :
1. Mempertajam Kecerdasan
2. Memperkukuh Kemauan
3. Memperhalus perasaan
Dimana tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan siswa dalam segi pengetahuan dan pemikiran mereka serta memperkukuh kemauan dalam belajar mempunyai semangat belajar untuk menjadi bekal mereka untuk kehidupan kelak dan dapat mandiri dalam bertindak , berfikir bekerja untuk berlangsungnya kehidupan di masa depan serta memperhalus perasaan dalam berbaur dalam masyarakat.
Dan Tan Malaka pun berkata dalam bukunya Massa Actie "akuilah dengan hati yang suci dan bersih bahwa kita sanggup belajar dari orang barat untuk mencari ilmu namun jadilah murid dari timur yang dapat menuruti keadaan zaman dan untuk rakyat tanpa meniru dari orang barat"
PENDIDIKAN HARUS LAH YANG DAPAT MEMERDEKAKAN SI MURID DALAM BELAJAR DAN BERFIKIR
0 Response to "Tantangan Cerdaskan Murid dalam Mengajar"
Post a Comment