Penerapan Kedisiplinan

Disiplin

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan terutama untuk memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik pegawai untuk memenuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik.
Kurang pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada merupakan penyebab terbanyak tindakan indisipliner. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut pihak pimpinan sebaiknya memberikan program orientasi kepada tenaga perawat/bidan yang baru pada hari pertama mereka bekerja, karena perawat/bidan tidak dapat diharapkan bekerja dengan baik dan patuh, apabila peraturan/prosedur atau kebijakan yang ada tidak diketahui, tidak jelas, atau tidak dijalankan sebagai mestinya. Selain memberikan orientasi, pimpinan harus menjelaskan secara rinci peraturan-peraturan yang sering dilanggar, berikut rasional dan konsekwensinya. Demikian pula peraturan/prosedur atau kebijakan yang mengalami perubahan atau diperbaharui, sebaiknya diinformasikan kepada staf melalui diskusi aktif.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertibyang berlaku di sekolah.Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku social dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychologicalmaltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A.Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999).
Tindakan disipliner sebaiknya dilakukan, apabila upaya pendidikan yang diberikan telah gagal, karena tidak ada orang yang sempurna. Oleh sebab itu, setiap individu diizinkan untuk melakukan kesalahan dan harus belajar dari kesalahan tersebut. Tindakan indisipliner sebaiknya dilaksanakan dengan cara yang bijaksana sesuai dengan prinsip dan prosedur yang berlaku menurut tingkatan pelanggaran dan klasifikasinya.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepasdari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiapsiswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yangyang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagaiaturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplinsiswa.Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalahusaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapatmendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertibyang berlaku di sekolah.Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturantentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosialdan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pulauntuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaranterhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychologicalmaltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A.Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999).

B. RUMUSAN MASALAH
Melihat dari latar belakang diatas, adanya tindakan kurang disiplin yang dilakukan siswa di sekolah maka dalam pembahasan makalah ini kami ambil rumusan masalah yang dapat dikaji adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian disiplin ?
2. Apa penyebab utama perilaku tidak disiplin dan apa saja perilaku yang dinilai tidak atau kurang disiplin ?
3. Apa faktor pendorong dan penghambat  kedisiplinan ?
4. Apa saja upaya-upaya yang bisa di lakukan dalam meningkatkan penerapan disiplin?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan dari makalah ini :
1. Untuk mengetahui pengertian disiplin
2. Untuk mengetahui penyebab utama perilaku tidak disiplin dan apa saja perilaku yang dinilai tidak atau kurang disiplin.
3. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat  kedisiplinan
4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang bisa di lakukan dalam meningkatkan penerapan disiplin

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Disiplin
Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat diberbagai instansi pemerintah maupun swasta. Kita mengenal adanya disiplin kerja, disiplin lalu lintas, disiplin belajar dan macam istilah disiplin yang lain. Disiplin secara etimologi berasal dari bahasa latin “ disibel” yang berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan bahasa, kata tersebut mengalami perubahan menjadi ‘disipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib. Berbeda dengan pendapat yang menyatakan bahwa disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan. Sekarang ini kata displin telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga banyak para ahli baik ahli bahasa maupun sosial dan etika dan estetika memberikan definisi yang berbeda-beda.
Ada beberapa yang mendefinisikan disiplin sebagai sebuah proses yang harus ditempuh sebagaimana diringkas berikut ini:
1. Menurut Toto Asmara, disiplin merupakan hasil belajar dan mencakup aspek kognitif, afektif, dan behavioral.
2. Menurut Depdiknas (2001 : 7), mendefenisikan disiplin atau tertib adalah suatu sikap konsisten dalam melakukan sesuatu. Menurut pandang ini disiplin sebagai suatu sikap konsisten dalam melakukan sesuatu. Menurut pandangan ini disiplin sebagai sikap yang taat terhadap sesuatu aturan yang menjadi kesepakatan atau telah menjadi ketentuan.
3. Menurut Nitisemito(dalam Rohman, 2011:15), bahwa disiplin adalah sebagai sikap, tingkahlaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan arti lembaga yang tertulis maupun tidak.

4. Menurut Webster’s New World Dictionary, disiplin adalah latihan untuk mengendalikan diri, karakter dan keadaan secara tertib serta efisien.
5. Menurut Hasibuan (2002), disiplin adalah suatu sikap menghormati danmenghargai suatu peraturan yang berlaku, baik secara tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak menolak untuk menerima sanksi-sanksi apabila dia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.
6. Dalam buku Panduan Pramuka Edisi Senior (2015:228), disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkai perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban.
7. Menurut buku The Master Key To Riches (2009), disiplin adalah kemampuan untuk kita untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya kita lakukan, suka tidak suka, berdasarkan apa yang sudah direncanakan.
8. Menurut buku Pengembangan Karakter Untuk Anak, kedisiplinan adalah kualitas inti dari tanggungjawab pribadi, kedisiplinan diri terlihat melalui kerapian, ketepatan waktu, sikap hemat, dan lain-lain.

B. Perilaku Yang Dinilai Tidak Atau Kurang Disiplin
Dalam kehidupan sehari-hati sering kita dengar orang-orang atau teman-teman mengatakan bahwa si A adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si B orang yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat mentaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu (organisasional-formal).

Seorang dalam mengikuti kegiatan belajar tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan, dan setiap orang dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku. Kepatuhan dan ketaatan seseorang terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah.
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah “refers to students complying with a code of behavior often known as the school rules”. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja.
Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snockdalam bukunya “Dangerous School” (1999).
Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang rentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, contoh perilaku siswa yang dinilai kurang atau tidak disiplin seperti : bolos sekolah, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya.

C. Faktor Pendorong Dan Penghambat  Kedisiplinan
Disiplin bukan merupakan hukuman, ikatan yang mengekang atau paksaan yang harus dituruti.” Disiplin harus diartikan sebagai sesuatu yang positif yang timbul dan tumbuh dari penentuan pada diri pribadi secara sadar. Maka penentuan aturan dalam menerapkan disiplin di suatu lembaga pendidikan sangat diperlukan dalam menunjang proses belajar mengajar yang baik untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dalam menerapkan suatu aturan ada dua faktor yang sangat penting yang selalu melekat pada sebuah aturan. Tak terkecuali pada penerapan kedisiplinan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Faktor tersebut adalah faktor pendorong dan faktor penghambat terjadinya disiplin di sebuah lembaga pendidikan.

1. Faktor Pendorong Kedisiplinan
Faktor pendorong kedisiplinan di sebuah lembaga pendidikan merupakan suatu faktor yang menunjang dalam melaksanakan aturan dalam menjalankan kedisiplinan pada sebuah lembaga pendidikan. Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting dan urgen yang harus terus menerus dilaksanakan. Apabila faktor pendorong atau faktor pendukung kedisiplinan sudah mendukung maka kedisiplinan di sekolah akan dapat berjalan sebagaimana diinginkan.
Faktor pendorong dalam menerapkan kedisiplinan pada sebuah lembaga pendidikan ada 2 (dua), yaitu :
a. Dorongan dari dalam
1) Pengalaman
Pengalaman seorang guru dalam menerapkan kedisiplinan di lingkungan sekolah sangat diperlukan. Karena guru merupakan pemain peran dalam mencapai tujuan pendidikan yang dasar kuncinya adalah menerapkan kedisiplinan dalam lingkungan sekolah. Dengan adanya dukungan dari para guru maka anak didik akan mengalami suatu proses yang disebut dengan kebiasaan. Dan kebiasaan ini merupakan benih-benih yang akan menjadi suatu pengalaman. Dengan adanya pengalaman dalam diri siswa maka siswa akan sadar akan tujuan pendidikan.
2) Pengikutan dan ketaatan
Pengikutan dan ketaatan merupakan langkah penerapan dan praktik atas peraturan yang mengatur perilaku individu (disiplin). Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat. Tekanan dari luar dirinya sebagai upaya mendorong, menekan dan memaksa agar disiplin diterapkan dalam diri seseorang sehingga peraturan-peraturan dapat diikuti dan dipraktikkan.
3) Sarana Pendidikan
Sebagai sarana untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan.
4) Kesadaran
Disiplin yang efektif ditujukan pada seseorang yang berkemampuan untuk melaksanakan sesuatu tanpa paksaan. Merupakan pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting sebagai kebaikan dan keberhasilan diri, selain itu kesadaran diri menjadi motif yang sangat berpengaruh bagi terwujudnya disiplin.
5) Kemauan untuk berdisiplin.
Kemauan untuk berdisiplin merupakan adanya kemauan atau kesadaran dari dalam diri untuk disiplin.


Dari kelima faktor disiplin diatas yang memegang peranan yang sangat penting adalah kesadaran diri, dimana disiplin tersebut harus benar-benar berasal dari pemahaman diri akan pentingnya disiplin yang akan berdampak positif bagi kelancaran dalam menuju keberhasilan cita-citanya. Kesadaran diri ini terwujud dalam kegigihan dan kerja keras untuk menunjang peningkatan dan pengembangan prestasi yang positif.

b. Dorongan Dari Luar
1) Perintah
2) Larangan
3) Pengawasan
4) Paksaan
5) Hukuman untuk berdisiplin
Selain lima faktor pendorong terwujudnya disiplin yang dominan, masih ada beberapa faktor lain yang berpengaruh pada pembentukan disiplin individu, yaitu:
a) Teladan.
b) Lingkungan berdisiplin.
c) Latihan berdisiplin.
Disiplin individu diatas merupakan disiplin yang berasal dari dalam diri siswa dimana semua siswa diberi kesempatan untuk melakukan apa saja yang dikehendaki dengan melihat keadaan disekelilingnya dan pada akhirnya siswa dapat menentukan suatu perilaku yang berarti bagi dirinya dalam hal pencapaian prestasi yang lebih baik.
Disiplin belajar merupakan ketaatan peserta didik terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan di lingkungan belajar antaralain:
1) Disiplin dalam mematuhi peraturan sekolah.
2) Disiplin dalam mengikuti pelajaran.
3) Disiplin dalam diri siswa.

Semua siswa diberi kesempatan untuk melakukan apa yang dikehendaki dalam lingkungannya dengan memperhatikan peraturan dan manfaat dari kegiatan yang dilakukan sehingga siswa dapat menentukan suatu perilaku yang berarti bagi dirinya (Suharsimi Arikunto,1990:129-140).
Jadi pembentukan disiplin harus melalui proses panjang, dimulai sejak dini dalam keluarga dan dilanjutkan sekolah. Hal-hal penting dalam pembentukan itu terdiri dari kesadaran diri, kepatuhan, tekanan, sanksi, teladan, lingkungan disiplin, dan latihan-latihan.

2. Faktor Penghambat Kedisiplinan
Menurut Tulus Tu’u (2004:53) menyatakan sebagai berikut. Pelanggaran disiplin dapat terjadi karena tujuh hal berikut ini:
a. Disiplin sekolah yang kurang direncanakan dengan baik dan mantap.
b. Perencanaan yang baik, tetapi implementasinya kurang baik dankurang dimonitor oleh kepala sekolah.
c. Penerapan disiplin yang tidak konsisten dan tidak konsekuen.
d. Kebijakan kepala sekolah yang belum memprioritaskan peningkatan
e. dan pemantapan disiplin sekolah.
f. Kurang kerjasama dan dukungan guru-guru dalam perencanaan dan implementasi disiplin sekolah.
g. Kurangnya dukungan dan partisipasi orang tua dalam menangani
h. disiplin sekolah, secara khusus siswa yang bermasalah.
i. Siswa di sekolah tersebut banyak yang berasal dari siswa bermasalah dalam disiplin diri. Mereka ini cenderung melanggar dan mengabaikan tata tertib sekolah.

D. Upaya-Upaya Yang Bisa Di Lakukan Warga Sekolah Dalam Meningkatkan Penerapan Disiplin
Terdapat beberapa cara untuk menanamkan disiplin pada anak didik baik itu dilingkungan keluarga maupun dilingkungan sekolah diantaranya sebagai berikut:
1. Cara Otoriter
Pada cara ini guru menentukan aturan-aturan batasan yang mutlak yang harus ditaati oleh anak-anak, dan anak harus tunduk dan patuh dan tidak ada pilihan lain. Akan tetapi dengan mempergunakan sikap otoriter ini anak akan memperlihatkan reaksinya misal: menentang atau melawan karena anak merasa dipaksa, maka menetang dan melawan, bisa ditampilkan  dalam tingkah laku yang melanggar norma dan menimbulkan persoalan pada dirinya. Cara otoriter memang biasa digunakan pada permulaan menanamkan disiplin

2. Cara Bebas
Pada cara bebas ini pengawasan menjadi berkurang, anak sudah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya benar, pada umumnya kesadaran ini terjadi pada keluarga. Keluarga yang keduanya bekerja dan tidak ada waktu untuk mendidik anak dengan baik, yang mana orang tua lebih melimpahkan anak kepada guru. Sedangkan orang tua sendiri hanya bertindak sebagai polisi yang mengawasi, menegor dan mugkin memahrahi. Orang tua tidak bisa berintraksi langsung dengan anak. Oleh karena itu hubungana anak dengan orang tua tidak baik, dan anak akan merasa sendiri sehingga menjadikan perkembnagan kepribadinya tidak terarah.

3. Cara Demokratis
Cara ini dilakukan dengan cara memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan disini tidak mutlak yaitu perlu adanya bimbingan penuh pengertian antara anak dan guru atau orang tuanya. Dengan cara demokratis anak akan tumbuh rasa tanggung jawab untuk memperhatikan sesuatu tingkah laku dan memupuk kepervcayaan dirinya. Dan jika tingkah lakunya tidak berkenan bagi teman-temanya maka anak mampu menghargai tutntutan pada lingkungan sekolhnya.
Sedangkan Teknik-teknik penanaman disiplin adalah sebagai berikut :
a. Teknik yang berorientasi pada kasih sayang
Teknik ini dikenal dengan menanamkan disiplin dengan meyakinkan tanpa kekuasaan, memberikan pujian dan menerangkan sebab-sebab sesuatu tingkah oleh anak, yang mana anak memperkembangkan rasa tanggung jawab dan disiplin yang baik.
b. Teknik yang bersifat Material
Teknik ini menggunakan hadiah-hadiah yang benar-benar berwujud atau hukuman mendidik meyakinkan melalui kekuasaan(power assertive discipline).
Selanjutnya, Brown dan Brown mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut:
1) Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
2) Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.
3) Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
4) Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
5) Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.
6) Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penegakan disiplin di sekolah tidak hanya berkaitan dengan masalah seputar kehadiran atau tidak, terlambat atau tidak. Hal itu lebih mengacu pada pembentukan sebuah lingkungan yang di dalamnya ada aturan bersama yang dihormati, dan siapapun yang melanggar mesti berani mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setiap pelanggaran atas kepentingan umum di dalam sekolah mesti diganjar dengan hukuman yang mendidik sehingga siswa mampu memahami bahwa nilaidisiplin itu bukanlah bernilai demi disiplinnya itu sendiri, melainkan demi tujuan lain yang lebih luas, yaitu demi stabilitas dan kedamaian hidup bersama.
Disiplin sekolah merupakan keseluruhan ukuran bagitindakan-tindakan yang menjamin kondisi-kondisi moral yang diperlukan, sehingga proses pendidikan berjalan lancar dan tidak terganggu. Adanya kedisiplinan dapat menjadi semacam tindakan preventif dan menyingkirkan hal-hal yang membahayakan hidup kalangan pelajar. Sekolah tanpa kedisiplinan adalah seperti kincir tanpa air.

B. SARAN

Dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa, ada beberapa upaya yangmungkin bisa dilakukan diantaranya:
1. Untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka.
2. Guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa.
3. Guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah,sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.

0 Response to "Penerapan Kedisiplinan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel