Wujud dari Aktualisasi Al-Quran sebagai paradigma
Aktualisasi Alquran |
Secara etimologis kata paradigma dari bahasa Yunani yang asal katanya adalah para dan digma. Para mengandung arti ‘di samping’, ‘di sebelah’,dan ‘keadaan lingkungan’.Digma berarti sudut pandang,teladan,arketif,dan ideal. Dapat dikatakan bahwa paradigma adalahcara pandang, cara berpikir, cara berpikir tentang suatu realitas.
Adapun secara terminologis paradigma adalah cara berpikir berdasarkan pandangan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu realitas atau suatu permasalahan dengan menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku, eksperimen, dan metode keilmuan yang bisa dipercaya.
Bagi umat Islam adalah sumber primer dalam segala segi kehidupan. Al-Quran adalah sumber ajaran teologi, hukum, mistisisme, pemikiran, pembaharuan, pendidikan, akhlak dan aspek-aspek lainnya.Tujuan diturunkan Al-Quran paling tidak ada tujuh macam:
1.Meluruskan akidah manusia
2.Meneguhkan kemuliaan manusia dan hak-hak asasi manusia
3.Mengarahkan manusia untuk beribadah secara baik dan benar kepada Allah
4.Mengajak manusia untuk menyucikan rohani -Qardhawi
5.Membangun rumah tangga yang sakinah dan menempatkan posisi terhormat bagi perempuan
6.membangun umat menjadi saksi atas kemanusiaan
7.mengajak manusia agar saling menolong.
Karakter Bangsa Qur’ani
Karakter bangsa yang qur’ani dilahirkan dari pendidikan yang berkarakter qur’ani pula. Oleh sebab itu, negara harus memberikan ruang gerak pendidikan agama lebih luas dalam undang-undang dan kurikulum nasional. Sebab, memang sudah menjadi sebuah fakta bahwa anak didik di Indonesia lebih banyak menempa pendidikan di pendidikan umum dibandingkan dengan pendidikan agama seperti pesantren atau madrasah.Pendidikan Qur’ani adalah pendidikan Islam sebab sama-sama bersumber dari al-Qur’an.
Pendidikan karakter Qur’ani adalah ‘usaha atau bimbingan yang dilakukan oleh orangtua, guru atau orang dewasa untuk membangkitkan sifat-sifat kebaikan yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw dengan menyeimbangkan antara ilmu, iman, akhlaq dan amal dalam kepribadian anak yang diperuntukkan untuk kemaslahan kehidupan manusia”.
Faktor yang sangat mempengaruhi karakter manusia dapat dilihat dari faktor yang bersifat primer dan sekunder, yaitu: Faktor Primer (Utama). Faktor utama dalam membentuk karakter manusia adalah keimanan. Keimanan adalah kepercayaan yang kokoh kepada Allah. Faktor Sekunder (Faktor Tidak Utama). Faktor sekunder adalah faktor kedua dalam mempengaruhi karakter manusia atau bisa disebut sebagai faktor yang tidak utama. Adapun faktor yang bersifat sekunder dalam mempengaruhi karakter manusia yaitu politik, sosial, budaya, pendidikan, kepercayaan dan hal-hal selain faktor primer. Akan tetapi faktor ini tetaplah memiliki pengaruh dalam membentuk karakter manusia Qur’ani.
Tujuan pendidikan karakter Qur’ani adalah untuk menghasilkan anak didik yang berkarakter Qur’ani. Untuk menjadikan manusia yang berkarakter maka anak didik mau tidak mau harus diarahkan sejak dini untuk memahami al-Qur’an dengan mentadabburinya; membaca, mengkaji, mengamalkan dan mengajarkannya; hal ini juga berlaku sama pada hadits. Sehingga dengan mentadabburi al-Qur’an dan Sunnah maka diharapkan anak didik menjadi anak yang berkepribadian sebagaimana pribadi Rasulullah yaitu pribadi Qur’ani. Pribadi yang menjadi penyelesai permasalahan bukan penambah masalah. Pribadi yang hidup dan menghidupkan dalam setiap perjalanan zaman. Pribadi yang mulia semulia al-Qur’an.
2.Tujuan Al-Qur'an menurut Yusuf Al-Qardhawi
1.al-Quran sebagai kitab Allah Swt yang mengandung firman-firman-Nya, yang diberikan kepada penutup para rasul dan nabi-Nya, yaitu Muhammad saw.
2.al-Qur’an adalah kitab suci yang terpelihara, Allah sendiri menjamin pemeliharaannya, serta tidak membebankan hal itu kepada seorangpun.
3.al-Qur’an adalah kitab suci yang menjadi mukjizat yang mengandung syarat-syarat kemukjizatan yang dapat diakui kebenarannya, serta manusia tunduk kepadanya.
4.al-Qur’an adalah kitab suci yang menjadi penjelas dan dimudahkan pemahamannya.
5.al-Qur’an adalah kitab suci agama seluruhnya, pokok agama, dan ruh wujud Islam.
6.al-Qur’an adalah kitab suci bagi seluruh zaman, yakni ia merupakan kitab yang abadi, bukan kitab bagi suatu masa tertentu, atau kitab bagi suatu generasi tertentu, yang kemudian habis masa berlakunya.
7.al-Qur’an adalah kitab suci bagi manusia seluruhnya.
Demikianlah pandangan Yusuf Qardhawi mengenai al-Qur’an yang dijelaskan dengan tujuh karakteristik yang terkandung di dalamnya. Dengan karakteristik-karakteristik tersebut al-Qur’an menjadi Kitab Suci yang menyempurnakan Kitab-kitab Suci sebelumnya, Kitab suci yang terpelihara dan menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia dengan mukjizatnya yang luar biasa.
Al-Quran telah menetapkan hak-hak asasi manusia sebagaimana yang menjadi“nyanyian” kelompok yang menamakan diri pejuang hak asasi manusia sekarang ini. Allah menciptakan manusia bebas berekspresi untuk berpikir dan berpendapat. Allah berfirman,“Katakanlah,„Perhatikanlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.‟” (QS Yunus/10: 101).“Katakanlah sesungguhnya kami hanyalah memberinasihat dengan satu perkara; hendaklah kamu beramal karena Allah, berduaan atau sendiri-sendiri, lalu berpikirlah.” (QS Saba/34: 46).
Hak-hak lainnya adalah hak hidup: QS Al- An‟am/6: 151, QS Al-Isra`/17: 33, QS Al-Ma`idah/5: 31. Hak untuk bekerja dan menjelajahi dunia: QS Al-Mulk/67: 15, QS Al-Jumu‟ah/62: 9-10, QS Al-Baqarah/2: 198. Hak untuk menikmati hasil usaha sendiri dengan halal: QS An-Nisa`/4: 32, QS An-Nisa`/4: 29. Hak memiliki tempat tinggal yang layak: QS An-Nur/24: 27-28. Hak untuk terjaga darahnya, hartanya, dan hak miliknya: QS An-Nisa`/4: 29. Hak untuk terjaga harga dirinya dan kemuliaannya: QS Al-Hujurat/49: 11. Hak mempertahankan diri: QS Al-Baqarah/2: 194. Hak mendapatkan keadilan: QS An-Nisa`/4: 58, QS Al-Ma`idah/4: 8, QS An-Nisa`/: 105-107.
Meneguhkan Hak-Hak Duafa (Orang-Orang Lemah secara Ekonomi)
Al-Quran menetapkan hak-hak manusia secara umum dan Al-Quran secara khusus mengangkat hak-hak orang lemah agar tidak teraniaya (terzalimi) oleh orang-orang kuat atau tidak diabaikan oleh penegak hukum.
Penerapan sikap berdasarkan tujuan-tujuan al-Quran sesuai kondisi karakter Bangsa Indonesia:
1.Ramah terhadap sesama manusia Al-quran mengajarkan kita untuk baik kepada sesama manusia.
2.Disiplin dalam beribadah
Sikap disiplin adalah salah satu hal yang menjadikan kesuksesan oleh banyak tokoh besar dalam dunia ini.Pada umumnya mereka sudah terbiasa hidup disiplin sejak mereka masih kecil.Peranan keluarga dalam hal ini juga cukup besar dalam membentuk sikap disipilin mereka sehingga terus terbawa dalam kehidupan mereka selanjutnya.
3.Bisa membedakan yang baik dan buruk
Membedakan perkara yang halal dan haram.Umat muslim dindonesia,perkara yang halal dan haram telah lama diterapkan karena berdasarkan syariat islam dan berkaitan erat dengan tujuan Al-Quran.
4.Sikap disiplin adalah salah satu hal yang menjadikan kesuksesan oleh banyak tokoh besar dalam dunia ini.Pada umumnya mereka sudah terbiasa hidup disiplin sejak mereka masih kecil.Peranan keluarga dalam hal ini juga cukup besar dalam membentuk sikap disipilin mereka sehingga terus terbawa dalam kehidupan mereka selanjutnya.5.Sopan dan santun
6.memiliki etika dan moral
7.Bersedekah
8.Saling tolong menolong
Penerapan kedisiplinan dalam melaksanakan kewajiban dan santun dalam menuntut hak sebagai muslim indonesia:
Muslim indonesia sangat disiplin dalam beribadah karena ketika azan berkumandang muslim indonesia langsung menuju ke mesjid untuk shalat.
3.Dalam pandangan Al-Faruqi, islamisasi ilmu berarti disebut ijtihad untuk mendefenisikan kembali makna ilmu, menyusun ulang data, memikir kembali argumen dan rasionalisasi yang berhubungan dengan data itu, menilai kembali kesimpulan dan penafsiran, membentuk kembali tujuan dan melakukan cara-cara yang menjadikan disiplin itu memparkaya visi dan perjuangan Islam.
Dewasa ini dunia Islam telah masuk ke fase modern. Langkah-langkah untuk lebih maju agar tidak tertinggal oleh peradaban Barat, kiranya pemikiran Ismail Razi al-Faruqi perlu dikaji. Menurut Al-Faruqi, sebagaimana ditulis Juhaya S Praja (2002: 73), kunci sukses dunia Islam tentu saja adalah kembali kepada Al-Quran. Al-Faruqi menjabarkannya dengan langkah sebagai berikut. 1. Memadukan sistem pendidikan Islam. Dikotomi pendidikan umum dan pendidikan agama harus dihilangkan. 2. Meningkatkan visi Islam dengan cara mengukuhkan identitas Islam melalui dua tahapan; Tahap pertama yaitu mewajibkan bidang studi sejarah peradaban Islam; Tahap keduayaitu Islamisasi ilmu pengetahuan. 3. Untuk mengatasi persoalan metodologi ditempuh langkah-langkah berupa penegasan prinsip-prinsip pengetahuan Islam sebagai berikut.
Berikutnya, al-Faruqi menyebutkan bahwa langkah-langkah kerja yang harus ditempuh adalah sebagai berikut.
1. Menguasai disiplin ilmu modern
2. Menguasai warisan khazanah Islam
3. Membangun relevansi yang Islami bagi setiap bidang kajian atau wilayah penelitian pengetahuan modern.
4. Mencari jalan dan upaya untuk menciptakan sintesis kreatif antara warisan Islam dan pengetahuan modern.
5. Mengarahkan pemikiran Islam pada arah yang tepat yaitu sunatullah.
Dari lima langkah tersebut untuk mempermudah proses islamisasi diatas. Menurut Djakfar, “Kerangka kerja dan langkah Islamisasi pengetahuan ini pada prinsipnya adalah mengadakan sintesis kreatif antara khazanah Islam dan Khazanah dari barat. Dua belas langkah kerja tersebut mempunyai tiga point penting, yaitu kepastian kaum muslimin menguasai khazanah klasik, mencermati khazanah Barat dengan cara menelaah secara kritis melalui prespektif Al quran, dan mengakomodasi kedua khazanah tersebut menjadi sintesis kreatif, sehingga menampilkan bentuk disiplin pengajaran Islam yang utuh, terpadu, tidak dikotomis, di bawah pancaran nilai-nilai tauhid
a. Penguasaan terhadap disiplin-disiplin modern.
Al-Faruqi mengatakan bahwa, disiplin-disiplin modern harus dipecah-pecah menjadi kategori-kategori, prinsip-prinsip, metodologimetodologi, problem-problem, dan tema-tema, yang mencerminkan daftar isi suatu buku teks klasik.
b. Peninjauan disiplin.
Jika kategori-kategori dari disiplin ilmu telah dipilah-pilah, suatu survei menyeluruh harus ditulis untuk setiap disiplin ilmu. Langkah ini diperlukan agar sarjana-sarjana muslim mampu menguasai setiap disiplin ilmu modern.
c. Penguasaan ilmu warisan Islam: antologi.
Ilmu warisan Islam harus dikuasai dengan cara yang sama. Tetapi disini, apa yang diperlukan adalah antologi-antologi mengenai warisan pemikir muslim yang berkaitan dengan disiplin ilmu.
d.Analisa dan sintesis kreatif.
Pada tahap ini sarjana muslim harus sudah siap melakukan sintesa antara khazanah-khazanah Islam dan disiplin moderen, serta untuk menjembatani jurang kemandegan berabad-abad. Dari sini khazanah pemikir Islam harus disenambung dengan prestasi-prestasi moderen, dan harus menggerakkan tapal batas ilmu pengetahuan ke horison yang lebih luas dari pada yang sudah dicapai disiplin-disiplin moderen.
4.Kesimpulan
Berdasarkan fakta sejarah bahwa kemajuan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan yang telah dicapai pada masa keemasan Islam adalah wujud dari aktualisasi Al-Quran sebagai paradigma kehidupan. Kemajuan itu kembali akan diraih dan akan menjadi milik umat Islam, jika umat Islam sekarang bersikap yang sama terhadap Al-Quran sebagaimana umat pada zaman keemasan bersikap terhadap Al-Quran yakni menjadikan Al-Quran sebagai paradigma dan akhirnya menjadi hidayah dalam segala aspek sekaligus sebagai paradigma pemecahan problem kehidupannya. Paradigma Qurani telah berkontribusi dalam mewujudkan kemajuan dan kemodernan pada zaman keemasan Islam yang ditandai dengan kemajuan pesat perkembangan Iptek di dunia Islam, yang berimplikasi terhadap kemajuan di bidang lainnya; ideologi, politik, ekonomi, budaya, militer, pendidikan, perdamaian, keamanan, kesejahteraan dan lainnya
0 Response to "Wujud dari Aktualisasi Al-Quran sebagai paradigma"
Post a Comment