Asas Trikon (Kontinyu, Konvergen dan Konsentris) - Mendampingi murid dengan utuh dan menyeluruh (Modul 3) | Merdeka Belajar
Salam inspirasi. Salam bahagia bapak/ibu guru hebat. Semoga bapak/ibu guru senantiasa dalam keadaan sehat dan dapat terus belajar bersama. Pada artikel kali ini kita akan mengulas materi tentang asas trikon (kontinyu, konvergen dan konsentris) dalam pendidikan serta contoh penerapannya di dalam kelas, agar kita dapat memahami tujuan dan asas pendidikan berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Mari kita pelajari bersama.
Pendidikan adalah suatu proses yang dinamis. Pendidikan terus berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi zaman dan juga kondisi murid. Jangan dibayangkan sistem pendidikan sebagai sebuah sistem besar yang hanya dapat diterapkan dan diurus oleh para pakar dan penentu kebijakan di pusat. Sekolah atau bahkan kelas juga merupakan suatu sistem pendidikan dengan ruang lingkup yang kecil namun merupakan ujung tombak berjalannya sistem pendidikan.
Setiap sekolah memiliki kondisi dan permasalahan masing-masing, sehingga pengembangan satu sekolah dengan sekolah lain sangat beragam sesuai karakteristik lingkungannya. Misalnya kondisi geografis Indonesia yang beragam mendorong proses pendidikan yang dinamis. Sekolah yang berada di lingkungan pantai dapat mengkontekstualkan proses pendidikannya sesuai dengan lingkungan pantai tempat murid tinggal, seperti menanam pohon bakau untuk mencegah abrasi pantai. Begitu pula sekolah yang berada di pegunungan guru dapat mengajak murid untuk menjaga pohon agar terhindar dari bahaya tanah longsor. Dengan demikian guru memfasilitasi proses belajar murid sesuai dengan keadaan lingkungan murid dan potensi yang dimiliki, sehingga murid dapat melihat hubungan antara dirinya dengan lingkungan masalah serta potensi yang terhubung pada dirinya dengan proses pendidikan yang berjalan sangat dinamis.
Kebudayaan atau cara hidup bangsa itu bersifat kontinyu bersambung tak putus-putus dari zaman penjajahan sampai zaman kemerdekaan. Perkembangan dan kemajuan kebudayaan serta cara hidup bangsa terus menerima pengaruh nilai-nilai baru, proses pembelajaran sejatinya tidak pernah putus. Usaha sadar yang menikmati setiap proses belajar karena dilakukan sukarela, kemauan belajar, rasa ingin tahu dan motivasi internal dalam diri murid, perlu distimulasi sehingga akan melahirkan murid yang memiliki kemampuan pengaturan kegiatan belajarnya sendiri.
Dalam pembelajaran lingkungan hidup, guru dapat mengajak murid berkegiatan di halaman dan lingkungan sekitar sekolah, kemudian guru meminta murid untuk mengamati dan memberikan beberapa pertanyaan pemantik diskusi. Harapannya murid akan menjawab dengan berbagai macam hal yang bisa ditemui, seperti pohon-pohon, pot bunga, tempat sampah, sampah yang tertinggal di halaman sekolah atau bahkan menceritakan pengalaman di lingkungan rumahnya masing-masing. Proses dialog yang terjadi memberikan ruang kepada murid untuk mengekspresikan rasa yang ia miliki dan temukan. Kemudian jika ada murid yang merasa tidak tertarik dengan lingkungan sekolah yang sedang dikunjungi, guru bisa berdialog mengenai lingkungan seperti apa yang ingin murid kunjungi dan menarik untuknya.
Guru memfasilitasi murid untuk menentukan tujuan apa yang ingin dipelajari, memantau proses pembelajaran yang dilalui, dan membimbing murid untuk melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilalui murid, agar ia dapat memahami hubungan dirinya dengan lingkungannya. Peran dan tugasnya di dalam lingkungan tersebut serta kontribusinya dalam menjaga lingkungan. Apabila murid mampu memahami hubungan diri dan lingkungannya, ia dapat pula belajar memahami peran dan kontribusi dirinya terhadap lingkungan, serta menindaklanjuti peran dan kontribusinya tersebut. Hal ini juga dapat mendorong terbentuknya kemampuan pengaturan belajar mandiri atau self-regulated learning.
Pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktek pendidikan di luar negeri, seperti yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara. Ketika mempelajari berbagai praktek pendidikan dunia misalnya. Dalam dunia pendidikan pun banyak sistem pendidikan yang masuk ke Indonesia, tidak lantas kita terima mentah-mentah. Kita perlu mengolahnya dan hanya menerima yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan.
Sejalam dengan ini Ki Hajar Dewantara menggambarkan manusia sebagai titik kecil yang kemudian bersama dengan yang lain membentuk lingkaran besar (keluarga), dan menjadi lingkaran yang lebih besar lagi (organisasi). Pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri. Oleh karena itu, meskipun Ki Hajar Dewantara menganjurkan kita untuk mempelajari kemajuan bangsa lain, namun tetap semua itu ditempatkan secara konsentris dengan karakter budaya kita sebagai pusatnya.
Implementasi konsep Trikon (kontinyu, konvergen dan konsentris) bisa kita amati atau bahkan kita refleksikan dari apa yang sudah terjadi dalam proses pembelajaran. Manajemen kelas yang mengatur berjalannya proses pembelajaran tentunya melalui sebuah perencanaan dan dilakukan secara terus-menerus, sehingga pengelolaan perilaku lingkungan dan kurikulum berjalan dengan efektif dan konsisten dalam menjalankan manajemen kelas. Salah satu contoh implementasi asas kontinyu, dalam pendidikan murid diberikan kemerdekaan untuk belajar, bertanya dan mengembangkan potensinya. Kesinambungan manajemen kelas yang konsisten memberikan ruang kepada murid untuk mengeksplorasi gagasan ide dan kreativitasnya.
Seringkali pembelajaran STEAM ini dipahami sebagai pembelajaran menggunakan teknologi tinggi seperti robotic komputasi. Padahal bisa diartikan lebih luas seperti; teknologi fermentasi tempe, teknologi pewarnaan batik, ataupun teknologi pengawetan makanan (pembuatan ikan asin atau ikan asap). Dengan memahami konsep pembelajaran STEAM maka guru dapat menyesuaikan keinginan belajar murid dengan kondisi ketersediaan daya dukung untuk belajar dengan tetap menghadirkan nilai-nilai lokal. Meskipun metode pembelajaran dalam pendidikan bisa mengacu pada konsep manapun secara terbuka, tapi hal itu tetap harus dilakukan secara konsentris yaitu tetap mempertahankan jati diri bangsa dan menjadi diri sendiri. Mari bapak/ibu guru hebat kita refleksikan pembelajaran yang telah kita lakukan. Salam inspirasi
0 Response to "Asas Trikon (Kontinyu, Konvergen dan Konsentris) - Mendampingi murid dengan utuh dan menyeluruh (Modul 3) | Merdeka Belajar"
Post a Comment