Menjadi Manusia Secara Utuh - Merdeka Belajar | Modul 2

Pada artikel ini, kita akan meneruskan materi tentang menjadi manusia secara utuh, agar kita dapat memahami prinsip dasar untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu menjadi manusia yang seutuhnya. Berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa memiliki dua bagian utama pada tubuhnya yaitu badan jasmani (lahir) dan badan rohani (batin). Atas karunia Tuhan Yang Maha Esa pula manusia memiliki akal yang digunakan untuk berpikir untuk merasa dan berkarya. Bersatunya pikiran, perasaan dan kehendak dapat menimbulkan daya dan memunculkan budi pekerti yang menandakan diri kita sebagai manusia merdeka, yaitu manusia yang dapat memerintah dan menguasai dirinya (mandiri). Dan itulah konsep sebagai manusia, agar manusia mengetahui kebutuhan lahir dan batinnya sendiri. 

Kita sebagai pendidik dapat membantu murid untuk memenuhi kebutuhan keduanya agar mencapai keseimbangan dalam menjalani kehidupan. Kita tidak bisa membantu memenuhi kebutuhan hanya pada salah satu bagian. Karena badan lahir dan badan batin pada manusia tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi. Maka pendidikan atau tuntunan hanya mampu memberikan didikan lahir dan didikan batin kepada para murid agar terpenuhinya kebutuhan kehidupan dan penghidupannya. 

Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah tempat persemaian benih benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat dan daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, pikiran dan jasmani. Kebudayaan merupakan hasil murni manusia secara lahir dan batin yang didapat dari  pengaruh kuat yaitu alam dan zaman.  Pengembangan budi pekerti berupa olah pikiran, olah cipta, olah rasa (menghaluskan karakter), olah karsa (menguatkan kemauan) dan olahraga (menyehatkan jasmani) adalah sebuah bentuk pendidikan yang holistik yang akan menuntun bagaimana murid dapat tumbuh kembang secara baik, sekaligus menjadikannya sebagai manusia yang merdeka. Yaitu manusia yang dapat bersandar atas kekuatan lahir dan batinnya sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain.  

Dengan demikian memandang murid sebagai manusia secara utuh harus menjadi dasar kita sebagai pendidik dalam mendampingi murid-murid. Menentukan tujuan belajar, merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid baik lahir maupun batin, yang akan membantu murid-murid kita mengembangkan kekuatan lahir dan batinnya. Sebagai pendidik, tidak cukup hanya membantu memberikan pengajaran yang berorientasi pada penguatan keterampilan berfikir atau kognitif saja, tetapi juga mendampingi murid-murid untuk mengembangkan kekuatan batinnya yaitu sosial-emosi, empati dan lain sebagainya. Misalnya guru mampu pelajaran yang sifatnya pengetahuan, kemudian menilai murid dengan menggunakan soal pilihan ganda yang cenderung hanya mengingat informasi yang diberikan.  Padahal beragam informasi dan pengetahuan yang diberikan dan dapat diakses dari mesin pencari dari sumber belajar lain yang ada di sekitar murid. Dapat dibayangkan ketika seorang guru memberi soal operasi hitungan bilangan. Jika ia hanya memberi soal-soal dan menilai hasilnya maka mesin hitung seperti kalkulator bisa juga memproses hal yang demikian.  

Kekuatan keterampilan berpikir memang benar harus diasah dan ditingkatkan, tetapi agar mencapai keseimbangan menjadi manusia, murid juga sebaiknya dilatih dan dikuatkan kebutuhan batinnya dalam berkehendak, menentukan tujuan belajarnya, mengembangkan kerjasama membangun empati, menghargai sesama, refleksi diri untuk mengembangkan dirinya dan tentunya berkontribusi di lingkungan sosialnya.  Sehingga pembelajaran yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan murid dan ditujukan untuk memajukan perkembangan budi pekerti akan membantunya menjadi manusia-manusia yang merdeka. Manusia merdeka perlu memiliki modal keterampilan berpikir atau bernalar yang baik, keterampilan berpikir atau bernalar membutuhkan proses sepanjang hayat, proses mengasah nalar atau keterampilan berpikir murid. 

Menurut Benjamin Bloom dan Anderson yang juga disebut level kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis mengevaluasi, dan mencipta.  Sesuatu dapat difasilitasi dalam proses pembelajaran di semua jenjang pendidikan mulai dari PAUD, sekolah dasar, menengah dan tinggi. Dan juga perlu disadari bagi kita sebagai pendidik, bahwa semua level kognitif dari mulai mengingat sampai mencipta atau mengkreasi ini dapat dicapai pada semua jenjang pendidikan, dimana kedalaman dan kompleksitas pembelajaran dapat disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak. 

Beberapa ahli berpendapat proses pembelajaran kepada murid tidak harus dimulai pada tingkat kognitif atau keterampilan berpikir yang mengingat, tapi dapat juga diterapkan pembelajaran yang terintegrasi dengan urutan level kognitif atau keterampilan berpikir yang cocok dalam pembelajaran. Maka tujuan pendidikan untuk mengasah nalar murid dapat terwujud sebagai bekal pengembangan pendidikan budi pekerti murid. Mari Kita renungkan bersama, apakah kita sudah menjadikan murid-murid kita manusia seutuhnya? Apakah kita sudah membantu memberikan asupan kebutuhan lahir dan batin murid? dan bagaimana cara kita mendampingi untuk mengasah keterampilan bernalar murid dengan sebaik-baiknya. Salam bahagia dan sukses Bapak/ibu guru hebat. Salam inspirasi

0 Response to "Menjadi Manusia Secara Utuh - Merdeka Belajar | Modul 2"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel