Pendidikan Selama Satu Abad - Merdeka Belajar | Modul 2
Pada artikel kali ini, kita akan mengulas materi pendidikan selama satu abad. Melihat perjalanan pendidikan nasional dari sudut pandang Ki Hajar Dewantara mengenai cita-cita sistem pendidikan nasional. Metode pengajaran di zaman kolonial Belanda yang menggunakan sistem pendidikan perintah dan sanksi, tanpa sadar masuk ke dalam warisan cara guru-guru kita mendidik murid-muridnya bahkan mungkin sampai saat ini.
Praktek itu masih saja berlangsung, misalnya masih ditemukan kasus kekerasan pada murid di sekolah, murid mendapat hukuman atau sanksi ketika mereka belum atau tidak mengerjakan perintah dari guru. Contoh lain adalah sistem penilaian atau penghargaan yang terlalu berorientasi pada kecakapan kognitif, misalnya kecakapan murid diukur dari hasil ujian sumatif yang menguji kecakapan kognitif semata. Akibatnya murid berusaha keras melatih kecakapannya dengan mengerjakan kisi-kisi soal ujian hingga mendapat nilai dan penghargaan dari sekolah. Fokus pada orientasi kognitif inilah yang menyebabkan perkembangan kecakapan sosial emosional mulai terabaikan. Di sisi lain jika murid belum mampu memenuhi tuntutan-tuntutan ujian sumatif yang sangat berat, tidak jarang murid-murid kita mendapat penghakiman bahwa mereka ini dianggap gagal dalam belajar.
Sistem pendidikan di zaman kolonial Belanda didasarkan atas diskriminasi yaitu adanya perbedaan terhadap anak-anak terutama untuk mendapatkan pendidikan yang sifatnya masih materialistik, individualistik dan intelektualistik. Hal ini bertentangan dengan keadaan dan kebudayaan bangsa timur sebagai perlawanan terhadap sistem yang diskriminatif ini. Ki Hajar Dewantara menggagas perlunya sebuah sistem pendidikan yang humanis dan transformatif yang dapat memelihara kedamaian dunia.
Ki Hajar Dewantara memperkenalkan sistem Among yaitu yang dikenal dengan slogannya ingarso Sung tulodo, ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Sung tulodo artinya seorang guru haruslah berkomitmen menjadi seorang teladan, ia harus memberikan contoh yang baik. Ing Madyo Mangun Karso artinya seorang guru haruslah membangkitkan atau menguatkan semangat murid-muridnya, bukan orang yang melemahkan semangat. Dan Tut Wuri Handayani yaitu seorang guru haruslah memberikan dorongan atau menjadikan murid-muridnya orang-orang yang mandiri atau orang-orang yang merdeka, yang tumbuh kembang secara maksimal. Inilah esensi dari merdeka belajar.
Meskipun semboyan ini diingat dengan sangat baik oleh banyak guru dengan istilah tutwuri Handayani, tetapi masih banyak juga yang belum memahami roh dan maknanya yaitu untuk kemerdekaan murid yang menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batinnya, yang kemudian menjadi bagian dari jiwa-jiwa kita sebagai pendidik.
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yang sesuai dengan bangsa kita adalah pendidikan yang humanis kerakyatan dan kebangsaan. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut adalah gagasan yang melampaui zamannya, dimana beliau hidup dan masih relevan hingga masa sekarang ini. Terbukti atas kepribadian bangsa Indonesia yaitu yang mengandung harkat diri dan kemanusiaan yang menjadi landasan praktek pendidikan saat ini, tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara-negara lain. Maka kita sebagai pendidik harus dapat menghayati pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan yang humanis, yang terbukti masih relevan hingga masa kini dan bahkan akan mampu mengantarkan murid siap mengisi zamannya.
Ki Hajar Dewantara melihat bahwa sistem pendidikan di zaman kolonial Belanda ini hanyalah tempat pendidikan pikiran atau rasio, yang menyebarkan ilmu pengetahuan dan kecerdasan saja, tanpa adanya pendidikan sosial emosional atau tanpa adanya olah rasa, selain pendidikan kecerdasan atau keterampilan berfikir. Pendidikan cultural yaitu pendidikan yang berdasarkan garis bangsa dan budaya misalnya dengan menghargai proses belajar murid, merayakan setiap pencapaian pembelajarannya, dan mengajar sesuai dengan kompetensinya juga sangat dibutuhkan oleh mereka. Pendidikan ini akan melengkapi, mempertajam dan memperkaya pendidikan kecerdasan. Sifat pendidikan yang intelektualistis, materialistis, kolonialis, dan minimnya pengaruh kebudayaan yang kita alami pada zaman Belanda jangan sampai terulang kembali. Kita sebagai pendidik perlu menjaganya dengan menyambungkan naluri, tradisi dan kontinuitas dengan masa lampau.
Model pendidikan dan pengajaran dan pengetahuan atau kecerdasan ala barat mungkin dapat kita gunakan dengan syarat pendidikan kebudayaan dan nasional kita berikan kepada murid, demi terwujudnya keluhuran manusia, nusa dan bangsa, serta menjadi bagian dari kesatuan manusia untuk mencapai semua dasar utama yang dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu kemerdekaan setiap murid yang mampu mengatur dirinya sendiri, agar murid-murid berperasaan, berpikiran dan bekerja. Merdeka dalam ketertiban bersama demi mewujudkan cita-cita pendidikan nasional.
Pendidikan nasional yang berdasarkan pada garis-garis kebangsaan untuk perikehidupan, mengangkat derajat rakyat dan negerinya, serta bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain demi kemuliaan umat manusia didunia. Maka pendidikan yang memerdekakan muridlah yang dapat menjadi pegangan kita sebagai pendidik. Untuk dapat mewujudkannya, guru yang hanya mengandalkan naluri mendidik tidaklah cukup. Kita juga perlu melengkapinya dengan ilmu pendidikan yang selaras dengan zamannya, tuntunan yang baik kepada murid yang didasarkan pada panduan atau teori atau pengetahuan tentang tuntunan yang terbaik, sehingga pendidik dapat memberikan hak-hak kepada murid untuk berkesempatan mempelajari ilmu pengetahuan sesuai dengan keinginan dan bakatnya.
Sebagai pendidik kita dapat memberikan daya upaya yang terbaik dalam mendidik murid, kita membutuhkan semacam pagar atau pelindung yaitu dukungan dari rakyat atau masyarakat untuk bersama-sama menjaga atau menolak semua bahaya yang mengancam kekuatan kekuatan dan potensi yang sedang tumbuh dari dalam diri murid-murid kita. Mari kita renungkan bersama, apakah kita sudah mempraktekkan pembelajaran sesuai dengan cita-cita sistem pendidikan nasional yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara. Langkah apa yang dapat kita lakukan bersama-sama agar kita bisa mewujudkannya. Salam bahagia dan sukses teruntuk bapak/ibu guru hebat. Salam inspirasi
0 Response to "Pendidikan Selama Satu Abad - Merdeka Belajar | Modul 2"
Post a Comment