Metode Bermain Peran (Role Playing)

 A.     Pengertian metode bermain peran
Sebelum menguraikan pengertian metode bermain peran terlebih dahulu kita harus pahami apa yang dimaksud metode. Menurut Raestioyah (Aswan, dkk 2006: 74) bahwa dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, sehingga mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Bermain peran  (Role playing) adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual oleh sanjaya (2008: 147). Sedangkan menurut Hamalik (2008: 199) adalah suatu jenis teknik simulasi yang umumya digunakan untuk pendidikan sosial dan hubungan antar insani.
Berdasarkan kutipan tersebut, penulis berkesimpulan bahwa metode bermain peran adalah metode pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura dari siswa yang terlihat atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh  sedemikian rupa. Dengan demikian  metode bermain peran adalah metode yang melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan peran/ tokoh yang terlibat dalam proses pendidikan .
   B.     Langkah-langkah pembelajaran dengan metode Bermain peran.
Hamalik (2008: 216-217) mengemukakan dalam rangka menyiapkan suatu situasi bermain peran di dalam kelas, maka ada beberapa langkah-langkah yang dilakukan yakni 1) persiapan dan instruksi, 2) tindakan dramatik dan diskusi, 3) evaluasi bermain peran. Adapun penjelasan dari masing-masing tersebut adalah:
1)     Persiapan dan Instruksi.
a)      Guru memiliki situasi/dilema bermain peran. Situasi-situasi masalah yang dipilih harus menjadi “sosiodrama” yang menitikberatkan pada jenis peran, masalah dan situasi familier, serta pentingnya bagi siswa. Keseluruhan situasi dijelaskan, yang meliputi deskripsi tentang keadaan peristiwa, individu-individu yang dilibatkan, dan posisi-posisi dasar yang diambil oleh pelaku khusus.
b)     Sebelum pelaksanaan bermain peran, siswa harus mengikuti latihan pemanasan, latihan-latihan ini diikuti oleh semua siswa, baik sebagai partisipasi aktif maupun sebagai para pengamat aktif. Latihan-latihan ini dirancang untuk menyiapkan siswa, membantu mengembangkan imajinasinya, dan untuk membentuk kekompakan kelompok dan interaksi.
c)      Guru memberikan instruksi khusus kepada peserta bermain peran setelah memberikan penjelasan pendahuluan kepada keseluruhan kelas. Penjelasan tersebut meliputi latar belakang dan karakter-karakter  dasar melalui tulisan atau penjelasan lisan. 
d)     Guru memberitahukan peran-peran yang akan dimainkan serta memberikan instruksi-instruksi yang bertalian dengan masing-masing peran kepada para audience.  Para audience diupayakan mengambil bagian secara aktif dalam bermain peran itu. Untuk itu kelas dibagi dua kelompok, yakni kelompok pengamat dan kelompok spekulator, masing-masing melaksanakan fungsinya.
2)     Tindakan dramatik dan diskusi.
a)      Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi bermain peran, sedangkan para audience berpartisipasi dalam penugasan awal kepada pameran.
b)     Bermain peran harus berhenti pada titik penting atau apabila terdapat tingkah laku tertentu yang menuntut dihentikannya permainan tersebut.
c)      keseluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam diskusi yang terpusat pada situasi bermain peran. masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil observasi dan reaksi-reaksinya. Para pameran juga dilibatkan dalam diskusi tersebut, diskusi dibimbing oleh guru.
3)     Evaluasi bermain peran.
a)      Siswa memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun dalam kegiatan diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil yang dicapai dalam bermain peran.
b)     Guru menilai efektivitas dan keberhasilan bermain peran. Dalam melakukan evaluasi ini, guru dapat menggunakan komentar evaluative dari siswa, catatan-catatan yang dibuat oleh guru selama berlangsungnya bermain peran.
c)      Guru membuat bermain peran yang telah dilaksanakan dan telah dinilai tersebut dalam sebuah jurnal sekolah (kalau ada ), atau pada buku catatan guru.
C.      Penerapan Metode Bermain Peran (role playing) dalam Pembelajaran IPS di SD

Dalam pembelajaran IPS di SD  khususnya pada pokok bahasan kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam, siswa diperkenalkan konsep-konsep baru sehingga pembelajaran selalu melibatkan unsur kognitif dan mental Siswa. Sebagaimana Norma Mackenzie (Ischak dkk. 2000: 131) mengemukakan bahwa
Ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Materi ajar IPS selalu dalam ruang lingkup masyarakat dan hubungan sosialnya, dalam hal ini  pembelajaran IPS di SD lebih tertuju pada penanaman konsep yang ada. Sebagaimana karakteristik siswa SD di kelas IV, V, VI bahwa :
a.       Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
b.       Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
c.       Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
d.       Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.
Melihat kenyataan di atas maka guru harus mempunyai inovasi baru dalam menyajikan suatu materi ajar, agar siswa mampu memahami materi yang ada sesuai dengan karakteristik dan konsep perkembangan siswa sekolah dasar di kelas IV (empat). Metode bermain peran dengan belajar learning by doing John Dewey (Hamalik (2008: 212), artinya belajar dengan berbuat mampu digunakan dalam mengajarkan materi yang ada dalam IPS, dalam sub pokok bahasan kegiatan ekonomi konsep konsumen, produsen dan distribusi dapat dijelaskan kepada siswa dengan menampilkan contoh real dengan pembelajaran berpusat pada pengalaman maka siswa akan mempraktekkan kegiatan tersebut di depan kelas sehingga  pembelajaran akan lebih berkesan dengan pengalaman yang pernah mereka lakukan sendiri.
Dalam penggunaan metode bermain peran, kelas terbagi dari pemain, pengamat dan pengkaji (Hamalik.2008: 199). Selain itu pola pengorganisasian dalam metode bermain peran terdiri dari tiga yakni:
1)     Bermain peran tunggal (single role-play). Mayoritas siswa bertindak sebagai pengamat terhadap permainan yang sedang dipertunjukkan (sosiodrama). 
2)     Bermain peran jamak (multiple role-play). Para siswa dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok dengan banyak anggota yang sama dan penentuannya disesuaikan dengan banyaknya peran yang dibutuhkan. tiap peserta memegang dan memainkan peran tertentu dalam kelompoknya masing-masing. 
3)     Peranan ulangan (role repetition). Peranan utama dalam suatu drama atau simulasi dapat dilakukan oleh setiap siswa secara bergiliran. Dalam situasi seperti itu setiap siswa belajar melakukan, mengamati, dan membandingkan prilaku yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif (Hamalik.2008: 199-200 ).
Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran (role playing) peneliti memilih pola pengorganisasian bermain peran jamak, dimana setiap kelompok bermain peran di depan kelas dan diamati oleh kelompok yang lain.
Pada langkah kegiatan pembelajaran inti di gunakanlah prosedur pelaksanaan kegiatan metode bermain peran yang melalui beberapa tahap dalam pelaksanaannya. Proses bermain peran terdiri sari 3 tahap berupa tahap instruksi, tahap bermain  peran, tahap diskusi dan evaluasi.
Pada tahap instruksi peneliti mengorganisir kelas dengan membagi siswa dalam 3 kelompok. Setiap kelompok berganti-gantian memainkan peran dalam materi kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam di depan kelas. Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa instruksi. Kepada kelompok yang belum dapat giliran tampil diberikan instruksi sebagai pengamat diberikan petunjuk dalam lembar LKS dimana di tiap kelompok siswa  mengamati maksud dari proses bermain peran yang terjadi  dan mendiskusikannya di akhir dari proses bermain peran. Sebelum tampil  pemain peran diberikan instruksi untuk memahami karakter dari aktor yang dimainkan sebelum proses bermain peran di lakukan berupa latihan-latihan sederhana. 
Sedangkan pada tahap pelaksanaan bermain peran di sini kelompok pertama mulai memainkan perannya di depan kelas sedangkan kelompok dua dan tiga menjadi pengamat mulai mengamati jalannya proses bermain peran. Di akhir permainan peran dilakukanlah tahap diskusi dan evaluasi dimana para siswa mendiskusikan maksud dari proses bermain peran yang terjadi di depan kelasnya dan mengungkapkan hasil diskusinya dihadapan kelompok yang lain. Dan di akhir pembelajaran sebelum diadakan tes, peneliti mengadakan tanya jawab kepada siswa seputar materi yang telah dilakukan dalam bermain peran, setelah itu peneliti memberikan tes formatif kepada siswa untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam memahami isi dari materi pembelajaran.

0 Response to "Metode Bermain Peran (Role Playing)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel