Belajar yang Bermakna; Perkembangan Peserta Didik)
Belajar Bermakna |
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan jalan menuju sukses. Dengan belajar seseorang dapat mengetahui banyak hal. Dalam hal ini, Islam pun amat menekankan tentang belajar. Tujuan belajar dalam Islam bukan mencari rezeki di dunia semata, tetapi untuk sampai kepada hakikat, memperkuat akhlak, artinya mencari atau mencapai ilmu yang sebenarnya dan akhlak yang sempurna.
Setiap manusia di mana saja berada tentu melakukan kegiatan belajar mengajar. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya tentu harus belajar dengan giat. Bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar di rumah, masyarakat, lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa kursus, les privat, dan sebagainya.
Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Karena itu, perlu diketahui seluk-beluk belajar, terutama bagaimana caranya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja penjelasan tentang konsep belajar?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar?
3. Teori apa saja yang digunakan saat belajar?
4. Bagaimana cara menerapkan belajar yang bermakna?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai konsep belajar.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar.
3. Untuk mengetahui teori yang digunakan saat belajar.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan belajar yang bermakna.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar.
Adapun definisi yang diberikan oleh para ahli bermacam-macam, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menurut C.T. Morgan dalam buku Introduction to Psychologi, belajar adalah suatu perubahan menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman siswa yang mengalami suatu proses belajar.
2. Menurut Hintzman dalam buku The Psychology of Learning and Memory, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia, atau hewan yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
3. Menurut Ernest R. dalam buku Theories of Learning, belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang melalui pengalaman yang diulang-ulang yang bukan merupakan perkembangan respon pembawaan, bukan karena proses kematangan atau keadaan yang bersifat sementara.
Di dalam al-Quran, Allah telah menjelaskan bahwa dengan belajar diharapkan ada perubahan dalam diri manusia ke arah yang lebih baik. Sebagaimana dalam Surah Al-Hajj ayat 54, “Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Quran itulan yang haq dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.”
Belajar erat kaitannya dengan proses perubahan. Namun, tidak semua proses perubahan dikatakan belajar. Misalnya, seseorang yang meminum minuman keras, lalu mabuk, maka perubahan tersebut tidaklah dikatakan belajar.
Dari beberapa definisi belajar di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang relative menetap pada seseorang akibat pengalaman atau latihan yang menyangkut aspek fisik maupun psikis, seperti dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi lebih tahu, dari tidak memiliki keterampilan menjadi memiliki keterampilan dan sebagainya.
2. Tujuan Belajar
Menurut Dalyono (2007:49-50) tujuan belajar adalah sebagai berikut:
a. Belajar bertujuan mengadakan perubahan dalam diri antara lain perubahan tingkah laku.
b. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan yang buruk menjadi baik.
c. Belajar bertujuan mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang dan sebagainya.
d. Dengan belajar dapat memiliki keterampilan.
e. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.
B. Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar (diri pembelajar), meliputi:
a. Faktor Jasmaniah
Faktor ini mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan. Indra yang paling penting dalam belajar adalah pengelihatan dan pendengaran. Contohnya, seorang anak yang pendengarannya kurang baik pasti akan terganggu proses belajarnya.
b. Faktor Psikis atau Rohaniah
Faktor ini mencakup kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, serta psikomotor. Seseorang yang sehat rohaninya adalah orang yang terbebas dari tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan perasaan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang mengganggu, frustasi, konflik-konflik psikis. Jika seseorang yang sehat rohaninya akan merasakan kebahagiaan, dapat bergaul dengan orang lain dengan wajar, dapat mempercayai dan bekerjasama dengan orang lain.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, meliputi:
a. Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor ini mencakup cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan. Hubungan antar anggota keluarga juga memegang peranan penting dalam belajar seperti hubungan yang akrab, penuh rasa sayang menyayangi, saling mempercayai, saling membantu, saling tenggang rasa, dan saling pengertian.
b. Faktor Lingkungan Sekolah
Faktor ini meliputi lingkungan kampus, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar, dan sebagainya. Sekolah yang kaya dengan aktivitas belajar, memiliki sarana dan prasarana yang baik, terkelola dengan baik, akan sangat mendorong semangat belajar para siswanya.
c. Faktor Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa di dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Pengaruh yang positif muncul jika lingkungan masyarakat warganya memiliki pemdidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya.
C. Teori Belajar
Adapun penjelasan secara global dari masing masing teori belajar adalah sebagai berikut.
a. Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori ini, belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang dapat diamati secara lansung, yang terjadi melalui hubungan stimulus-stimulus dan respon respon mernurut prinsip-prinsip mekanistik. Para penganut teori ini berpendapat bahwa sudah cukup bagi siswa untuk mengasosiasikan stimulus-stimulus dan respon-respon yang diberi reinforcement apabila ia memberikan respon yang benar. Mereka tidak mempersoalkan apa yang terjadi dalam pikiran siswa sebelum dan sesudah respon dibuat.
Behavioris berkeyakinan bahwa setiap anak manusia lahir tanpa warisan kecerdasan, warisan bakat, warisan perasaan dan warisan yang bersifat abstrak lainnya. Semuanya ini timbul setelah manusia mengalami kontak dengan alam dan lingkungan sosial budayanya dalam proses pendidikan. Dan menurut mereka, segenap perilaku manusia itu bisa dipelajari dan dibentuk oleh lingkungannya. Maka individu akan menjadi pintar, terampil dan mempunyai sifat abstrak lainnya tergantung pada apa dan bagaimana ia belajar dengan lingkungannya.
b. Teori Belajar Kognitif
Teori ini muncul sebagai wujud ketidakpuasan terhadap teori belajar behavioristik. Karena menurut psikolog kognitif, tingkah laku manusia yang tampak dari luar tidak bisa diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, yaitu motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan sebagainya.
Belajar dalam perspektif psikolog kognitif pada dasarnya adalah proses internal atau peristiwa mental bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) sehingga tidak dapat diamati secara langsung. Sedangkan perubahan yang terjadi dalam kemampuan seseorang dalam bertingkah laku dan berbuat sesuatu dalam situasi tertentu, hanyalah suatu refleksi dari perubahan internal. Jadi tingkah laku individu itu muncul karena adanya dorongan dari dalam dirinya, bukan karena kebiasaan atau latihan.
Kalaupun tingkah laku tersebut merupakan hasil dari latihan, maka hal tersebut juga bergantung pada mental individu tersebut, apakah mau melakukannya atau tidak.
c. Teori Belajar Humanistik
Psikologi humanistik memahami tingkah laku dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut tinjau pengamatnya (observer). Menurut aliran humanistik, materi pelajaran yang diberikan dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perasaan dan perhatian siswa. Tugas pendidik dalam hal ini adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sebagai manusia yang unik.
Teori ini memberikan kebebasan bagi peserta didik, karena menurut mereka tiap individu itu berhak menentukan perilaku mereka sendiri dan bebas dalam memilih kualitas hidup mereka dan tidak terikat oleh lingkungannya.
D. Cara Menerapkan Belajar yang Bermakna
David Asubel (1963) mengklasifikasikan belajar dalam dua dimensi. Pertama, menyangkut cara penyajian materi yang diterima oleh peserta didik. Melalui dimensi ini, peserta didik memperoleh materi atau informasi pelajaran dengan penerimaan dan penemuan. Maksudnya peserta didik dapat mengasimilasi informasi atau materi pelajaran dengan penerimaan dan penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur kognitif yang telah ada. Jika peserta didik mencoba-coba menghafalkan informasi atau memberi pelajaran baru tanpa menghubungkannya dengan konsep-konsep atau hal lainnya yang ada dalam struktur kognitifnya, maka terjadilah yang disebut dengan belajar hafalan. Sebaliknya, jika peserta didik menghubungkan informasi atau materi pelajaran baru dengan konsep-konsep atau hal lainnya yang telah ada dalam struktur kognitifnya, maka terjadilah yang disebut dengan belajar bermakna.
Dengan kata lain,belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang atau guru menjelaskan materi pembelajaran. Ada banyak pendekatan atau strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru atau pendidik untuk menciptakan iklim pembelajaran dikelas yang memungkinkan terjadinya pembelajaran bermakna, antara lain sebagai berikut:
1. Terimalah peserta didik apa adanya.
2. Kenali dan bina peserta didik melalui penemuannya terhadap diri sendiri.
3. Usahakan sumber belajar yang mungkin dapat diperoleh peserta didik untuk dapat memilih dan menggunakannya.
4. Gunakan pendekatan iquiry-discovery.
5. Tekankan pentingnya pendekatan diri sendiri dan biarkan peserta didik mengambil tanggung jawab sendiri untuk memenuhi tujuan belajarnya.
Belajar pada hakikatnya mengembangkan konstruksinya pengetahuan baru sebagai hasil interaksi pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Menurut David Ausubel, belajar dengan menerima jauh lebih bermakna daripada belajar dengan menemukan. Dan belajar dengan membangun konstruksi pengetahuan baru lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan, Ausubel menegaskan bahwa belajar dengan menerima konten final itu yang seharusnya lebih direkomendasikan di sekolah, tanpa harus menegaskan tentang penerapan model discovery learning. Akan tetapi, pemahaman konsep, prinsip dan ide-ide itu bisa dicapai melalui proses belajar deduktif.
Ada tiga manfaat penting dalam menerapkan pembelajaran bermakna bagi siswa, yaitu: pertama, informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat; kedua, informasi-informasi baru dibangun siswa akan memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi belajar berkelanjutan; dan ketiga, informasi yang dilupakan sesudah terbangun struktur pengetahuan baru akan mempermudah proses belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terlupakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam individu sesuai dengan perkembangan dan lingkungannya. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan lingkungannya baik antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, maupun anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak.
B. Saran
Berhasil tidaknya proses belajar mengajar, dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari guru sendiri, siswa, fasilitas penunjang, maupun suasana pembelajaran tersebut. Untuk itu guru diharapkan mampu menciptakan suasana aman dan nyaman agar siswa dapat termotivasi dan lebih semangat dalam belajar.
0 Response to "Belajar yang Bermakna; Perkembangan Peserta Didik) "
Post a Comment